ANALISIS

Pebulutangkis Indonesia: Rindu Berlaga, Belum Rindu Juara

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Senin, 01 Feb 2021 10:49 WIB
Pebulutangkis Indonesia bisa menuntaskan rasa rindu untuk kembali berlaga namun belum terlihat rindu untuk kembali juara.
Indonesia hanya meraih satu gelar di tiga seri turnamen di Thailand. (Dok. PBSI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Indonesia mengakhiri rangkaian tiga turnamen badminton di Thailand dengan catatan satu gelar di tangan. Hasil yang tentu mengecewakan di turnamen perdana badminton setelah 10 bulan vakum.

BWF merancang tiga turnamen beruntun dengan sistem bubble di Thailand yaitu dua turnamen Super 1.000 lewat Yonex Thailand Open dan Toyota Thailand Open, serta BWF World Tour Finals 2020 sebagai penutup rangkaian.

Turnamen ini jadi pelepas dahaga dan rasa rindu turnamen bagi seluruh pemain, termasuk pemain Indonesia. Sejak All England 2020 selesai pada Maret lalu, BWF menghentikan roda kompetisi lantaran pandemi corona.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat sejumlah cabang olahraga lain mulai kembali bergerak, BWF masih kesulitan memutar kompetisi. BWF sempat menyelenggarakan Denmark Open pada Oktober 2020, namun tidak diikuti pemain Indonesia dan sebagian besar pemain Asia.

Pasangan ganda Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto saat tampil di Malaysia Masters 2020.Fajar/Rian tampil mengecewakan di Thailand. (Dok. Humas PBSI)

Ketiadaan turnamen selama 10 bulan tentu membuat rasa rindu berlaga membuncah. Hasrat-hasrat merasakan kembali kompetisi dan menikmati pertarungan dengan lawan terus diutarakan oleh atlet-atlet Indonesia, baik selama kabar turnamen belum jelas hingga akhirnya jelang keberangkatan.

Catatan satu gelar, dari 15 gelar yang mungkin diraih tentu sebuah hasil yang mengecewakan. Terlebih fakta bahwa China dan Jepang, dua kekuatan utama di badminton, tidak turut serta. Hal itu tentu menambah rasa sakit yang diderita Indonesia.

Greysia/Apriyani Pemain Terbaik

Dari rangkaian tiga turnamen yang diikuti pemain-pemain Indonesia, Greysia/Apriyani terbilang merupakan pemain terbaik. Hal itu tak lepas dari fakta bahwa mereka jadi satu-satunya pemain yang menyumbang gelar juara.

Penampilan Greysia/Apriyani juga terbilang konsisten. Setelah jadi juara di Yonex Thailand Open, mereka kalah di semifinal Toyota Thailand Open.

Greysia/Apriyani juga sudah meraih dua kemenangan di babak penyisihan BWF World Tour Finals. Namun 'satu hari buruk' yang dialami Greysia/Apriyani ketika melawan ganda Malaysia membuat mereka gagal lolos ke smeifinal karena perhitungan head to head.

Pasangan ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu sukses mengungguli atlet Cina Liu Xuan Xuan/Xia Yu Ting pada babak pertama Indonesia Masters 2020, Rabu, 15 Januari 2020. CNN Indonesia/Andry NovelinoGreysia/Apriyani jadi pemain terbaik Indonesia selama tiga rangkaian turnamen di Thailand. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Di bawah Greysia/Apriyani, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan jadi pemain yang penampilannya cukup lumayan di tiga seri Thailand. Setelah tampil buruk dan tersingkir di babak perempat final Yonex Thailand Open, Ahsan/Hendra menunjukkan peningkatan performa di dua turnamen berikutnya.

Ahsan/Hendra kalah di semifinal Toyota Thailand Open dan kalah di final BWF World Tour Finals. Dua kekalahan Ahsan/Hendra itu selalu didapat dari Lee Yang/Wang Chi-Lin yang memang tampil luar biasa dalam tiga pekan beruntun.

Kejutan lain yang menyenangkan dari tiga seri beruntun di Thailand adalah keberhasilan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin masuk semifinal di Yonex Thailand Open.

Di luar itu, penampilan pemain-pemain Indonesia terbilang mengecewakan dan menunjukkan penurunan.

Anthony Ginting tampil bagus di minggu pertama hingga laga Yonex Thailand Open memasuki interval ketiga di babak semifinal ketika ia menghadapi Viktor Axelsen.

Ginting kehilangan konsentrasi dan akhirnya kalah dari Axelsen di akhir pertandingan. Kekalahan itu ternyata tak bisa dibalas oleh Ginting. Ia tampil buruk di dua turnamen berikutnya, termasuk gagal di penyisihan BWF World Tour Finals.

Praveen Jordan/Melati Daeva menyusuri jalan yang sama dengan Ginting. Tampil bagus di Yonex Thailand Open dan kalah di babak final, Praveen/Melati malah seolah kehabisan tenaga di dua turnamen berikutnya.

Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti di babak perempat final All England Open 2020Setelah masuk final di Yonex Thailand Open, Praveen/Melati tampil buruk di dua turnamen berikutnya. (Dok. PBSI)

Praveen/Melati juga seolah tak mampu lepas dari momen buruk kekalahan di final Yonex Thailand Open. Alhasil, Praveen/Melati kalah di babak pertama Toyota Thailand Open dan terhenti di babak penyisihan grup BWF World Tour Finals.

Jonatan Christie, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Hafiz Faisal/Gloria Emmanuele Widjaja masuk jajaran pemain yang juga menghadirkan performa buruk di rangkaian seri Thailand.

Jonatan mengecewakan di dua turnamen yang ia ikuti, tak bisa mengimbangi Viktor Axelsen dan kalah dari Prannoy H.S. Fajar/Rian juga kehilangan level terbaik mereka di dua turnamen yang diikuti. Fajar/Rian kalah dari Leo/Daniel di minggu pertama disusul kekalahan dari Ben Lane/Sean Vendy di pekan berikutnya.

Hasil buruk tersebut turut menutup peluang Jonatan dan Fajar/Rian untuk mendapatkan tiket menuju BWF World Tour Finals.

GIF Banner Promo Testimoni

Di nomor ganda campuran, Hafiz/Gloria juga mencatat hasil buruk di saat mereka punya peluang untuk melangkah jauh. Usai kalah dari Satwiksairaj Rankireddy/Ashwini Ponnappa di babak pertama Yonex Thailand Open, Hafiz/Gloria bisa menjejak babak perempat final Toyota Thailand Open.

Namun Hafiz/Gloria kalah dari ganda tak terkenal asal Malaysia, Hoo Pang Ron/Cheah Yee See.

Hafiz/Gloria kemudian juga tak bisa lolos dari babak penyisihan BWF World Tour Finals. Padahal lawan-lawan yang mereka hadapi, dari segi peringkat BWF, ada di bawah mereka.

[Gambas:Video CNN]

Peringatan Bahaya Dini untuk Badminton Indonesia

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER