Sementara itu, Man Utd yang pernah tiga pekan di posisi teratas seperti kekurangan bahan bakar. Dalam lima pertandingan terakhir, Man Utd hanya menang sekali dan sekali kalah.
Total dari lima laga terakhir itu Setan Merah kehilangan delapan poin dari potensi meraih 15 poin. Kekalahan mengejutkan 1-2 dari tim juru kunci Sheffield United di Old Trafford jadi pemicu lengsernya MU dari puncak klasemen, sehingga digusur rival sekota, Man City.
Setelah kekalahan itu, Man Utd imbang 0-0 melawan Arsenal yang juga sedang limbung di musim ini. Kemenangan telak 9-0 atas Southampton tidak memberikan garansi bagi The Red Devils kembali akrab dengan kemenangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada dua laga selanjutnya, Harry Maguire dan kawan-kawan dijegal Everton dan West Bromwich Albion dengan imbang 3-3 serta 1-1.
Langkah MU jadi pesaing Man City menjuarai Premier League 2020/2021 cukup berat setelah tertinggal 7 poin, terlebih lagi dengan melihat penampilan The Citizens yang terus menggila di Liga Inggris.
Alih-alih 'berduel' dengan Man City, MU justru bisa terancam terdepak dari zona Liga Champions. Chelsea yang kini ditangani Thomas Tuchel mulai menebar ancaman untuk posisi empat besar.
Guna menyaingi Man City, Man Utd perlu mengembalikan penampilan mereka seperti pada periode November hingga Desember 2020, di mana mereka tidak terkalahkan dalam 9 pertandingan.
Pada masa-masa tersebut, Paul Pogba cs bermain dengan begitu konsisten. Ketika itu, MU terlihat tidak memiliki kesulitan untuk memenangi pertandingan.
Hanya saja, sejak akhir Januari hingga kini, grafik penampilan MU justru merosot. Inkonsisten itu membuat The Red Devils secara perlahan diabaikan sebagai calon juara.
Lawan-lawan MU pada 14 pertandingan sisa lebih berat dibanding Man City. Selain tim sekota mereka, MU juga harus meladeni Chelsea, Tottenham, Liverpool, dan Leicester.
Ditambah lagi dengan Real Sociedad di Liga Europa yang akan dimulai pekan ini. Kembalinya Liga Europa bisa membuat konsentrasi Ole Gunnar Solskjaer terbelah.
Nasib serupa dialami Leicester. Tim asuhan Brendan Rodgers itu juga kerap naik-turun di musim ini. melihat performa yang seperti itu, The Foxes sepertinya masih cukup sulit guna mengulang momen keberuntungan mereka di musim 2015/2016 ketika juara Premier League untuk kali pertama.
![]() |
Di musim ini, status Leicester hanya sebatas pengacau peta persaingan juara Liga Inggris. Leicester lebih cocok menjadi 'kuda hitam' yang membuat kandidat juara ketar-ketir.
Seperti Man United, lawan-lawan Leicester berikutnya juga cukup menantang dan tidak seringan Man City. Sebut saja: Arsenal, Man City, Man Utd, Chelsea, hingga Tottenham.
Sementara itu, sulit memasukkan Liverpool ke dalam daftar tim yang akan jadi juara. Jurgen Klopp sendiri menyatakan menyerah membawa The Reds mempertahankan gelar juara Premier League.
Keterpurukan Liverpool di musim ini sudah keterlaluan. Klopp juga seperti tidak memiliki solusi, baik dari sisi pemain maupun strategi yang guna mengatasi lemahnya sektor pertahanan setelah ditinggal pemain andalan mereka: Joe Gomez dan Virgil van Dijk.
Kesialan Liverpool kian bertambah setelah kiper Alisson Becker membuat sejumlah blunder yang merugikan juara bertahan tersebut dalam pertandingan yang berdekatan.
Menurut Klopp, mental Alisson kini sedang menurun. Kondisi itu berbahaya bagi Liverpool, apalagi kalau harus masuk dalam perburuan gelar juara.
Dua pemain baru yang direkrut pada bursa transfer Januari lalu juga belum membuahkan hasil. Ozan Kabak justru blunder saat melawan Leicester, akhir pekan lalu, sedangkan Ben Davies cedera.
Melihat performa tim-tim papan atas saat ini, Man City layak diunggulkan lantaran lebih stabil ketimbang Man Utd, Leicester, apalagi Liverpool.
Peluang Man Utd, Leicester, dan Liverpool juara Liga Inggris akan kembali terbuka jika Man City tersandung dalam beberapa pertandingan.
(nva)