Francis Ngannou yang akan dihadapi Stipe Miocic di UFC 260 bukan Francis Ngannou yang sama seperti saat kalah di UFC 220 tiga tahun lalu.
Petarung 34 tahun asal Kamerun itu sudah jauh berkembang sejak dikalahkan Miocic.
The Predator, julukan Ngannou, menjadi sosok petarung yang jauh lebih menyeramkan daripada saat melawan Miocic di pertemuan pertama. Empat kemenangan terakhir diraih Ngannou lewat KO/TKO ronde pertama. Saya ulangi: RONDE PERTAMA!
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sama seperti Miocic, karier Ngannou juga bisa disebut sebagai epos atau cerita kepahlawanan. Setidaknya karier Ngannou bisa menginspirasi banyak anak-anak di Kamerun.
![]() |
Terlahir dari keluarga miskin dan sempat menjadi penambang pasir saat masih kecil, Ngannou kini tinggal selangkah lagi untuk mewujudkan ambisi menjadi juara dunia kelas berat UFC pertama asal Afrika. Ngannou ingin mengikuti jejak dua sahabatnya, Kamaru Usman (juara kelas welter) dan Israel Adesanya (juara kelas menengah).
Ngannou punya paket yang lengkap untuk menjadi juara dunia UFC, skill dan kekuatan yang luar biasa serta sosok yang mudah digemari fan. Tapi, apakah kemampuan Ngannou cukup untuk mengalahkan Miocic?
Kuncinya ada dalam strategi bertarung. Ngannou harus sabar dalam melawan Miocic dan tidak mengincar kemenangan di awal seperti empat pertarungan terakhir. Miocic berbeda. Ngannou harus sabar dan menunggu waktu tepat, jika tidak, Miocic bisa mengubah satu kesalahan menjadi sebuah kemenangan.
Apapun strategi yang digunakan kedua pertarungan, duel Miocic vs Ngannou di UFC 260 dipastikan akan berlangsung menarik. Kemenangan KO/TKO berpeluang besar terjadi.
Selain Miocic punya kemenangan KO/TKO luar biasa, perlu diingat pula Ngannou memiliki rekor finishing 100 persen sepanjang kariernya, artinya Ngannou tidak pernah meraih kemenangan angka jika mampu mengalahkan lawan dalam rekor 15-3. Jadi duel dua raksasa di UFC 260 akan sangat menarik.
(rhr)