Epos Dua Raksasa Miocic vs Ngannou di UFC 260
Kisah epik akan terjadi di UFC 260 antara Stipe Miocic vs Francis Ngannou pada perebutan gelar juara dunia kelas berat UFC, Minggu (28/3). Kita mungkin akan menyaksikan salah satu duel terhebat dalam sejarah MMA.
Jika ada epos paling unik dalam sejarah UFC ataupun MMA, Stipe Miocic adalah jawabannya. Imigran Kroasia itu merupakan salah satu petarung terhebat dalam sejarah UFC dan sering dianggap yang terhebat di kelas berat.
Kehebatan Miocic tergambar dalam statistik. Petarung 38 tahun itu saat ini memegang rekor kemenangan di perebutan gelar juara dunia kelas berat UFC dengan enam kemenangan.
Miocic memiliki rekor MMA 20 menang dan 3 kalah, termasuk 14 kemenangan di UFC. Berkaca dari rekor kemenangan, 15 menang KO/TKO dan 5 keputusan, Miocic jelas petarung yang atraktif di atas octagon.
Menariknya, entah kenapa Miocic selalu tidak pernah diunggulkan hampir di setiap pertarungan gelar juara dunia yang dia jalani di UFC. Termasuk ketika mengalahkan Ngannou di pertemuan pertama pada UFC 220, Januari 2018, Miocic dianggap underdog.
"Saya sudah mulai terbiasa dengan situasi itu, saya tidak masalah dianggap sebagai underdog, karena saya selalu senang membungkam orang," ujar Miocic dalam berbagai kesempatan sebelum UFC 260.
Miocic bukan gambaran juara dunia yang digemari sebagian besar fan. Miocic bukan goliath dunia modern. Dia seorang anggota pemadam kebakaran di Oakwood, Ohio. Jika tidak aktif di UFC, Miocic lebih banyak menghabiskan waktu bekerja sebagai pemadam kebakaran.
Kehidupan Miocic tidak mewah dan petarung berjuluk Stone Cold itu tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar terhadap lawan. Ketika orang-orang menganggap dia tidak diunggulkan meski berstatus juara dunia, Miocic menerimanya.
Mungkin itu yang membuat Miocic tidak pernah diunggulkan. Dengan kata lain Miocic adalah petarung paling underrated dalam sejarah UFC. Tapi, jangan tertipu dengan watak Miocic. Karena jika berada di dalam octagon, Miocic menjadi sosok yang buas terhadap lawan.
Miocic merupakan petarung dengan inteligensia pertarungan yang luar biasa. Hampir di setiap pertarungan Miocic selalu memiliki gaya bertarung berbeda, berkembang, dan membuat lawan bingung. Seperti saat trilogi melawan Daniel Cormier.
Miocic tidak pernah buang-buang pukulan. Akurasi pukulan Miocic mencapai 53 persen di UFC, unggul jauh atas Ngannou yang hanya 38 persen. Ketika mengalahkan Cormier pada pertarungan terakhir di UFC 252, 15 Agustus 2020, akurasi pukulan Miocic bahkan mencapai 61 persen.
Menariknya lagi grappling Miocic cukup bagus meski tidak pernah meraih kemenangan submission. Seperti ketika melawan Ngannou pada duel pertama, Miocic beberapa kali melakukan takedown untuk mendapatkan poin penting.
Miocic tentu akan berusaha bermain cerdas melawan Ngannou dan berpeluang mengulangi strategi seperti di pertemuan pertama. Menjaga jarak aman, tidak banyak buang pukulan yang tidak perlu, berusaha melakukan takedown.
Pertemuan pertama Miocic vs Ngannou berakhir dengan sang juara melakukan 73 persen pukulan signifikan dan 42 persen takedown sukses, berbanding 18 persen signifikan pukulan dan 0 persen takedown sukses yang dilakukan Ngannou.