Presiden Prancis Emmanuel Macron menentang terbentuknya European Super League oleh 12 klub top Eropa.
Macron juga memuji keputusan klub-klub Liga Prancis, termasuk Paris Saint-Germain (PSG) yang tidak terlibat dalam pendirian European Super League.
"Presiden menyambut baik posisi klub-klub Prancis yang menolak berpartisipasi dalam proyek European Super League yang mengancam prinsip solidaritas dan prestasi olahraga," ujar Macron dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih jauh Macron juga mendukung pihak yang berwenang menghukum tim-tim yang terlibat dalam liga baru European Super League.
"Negara Prancis akan mendukung semua langkah yang diambil LFP [Liga Prancis], FFF [Federasi Sepak Bola Prancis], UEFA, dan FIFA melindungi integritas kompetisi federal, baik nasional maupun Eropa," ucap Macron.
Pembentukan European Super League yang berlandaskan pada peningkatan pendapatan klub ikut menjadi sorotan para politikus.
Selain Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga ikut buka suara mengenai hal ini. Menurut Boris, European Super League bisa merusak kompetisi domestik.
Dalam rilisnya baru-baru ini, UEFA akan memberikan hukuman kepada tim-tim yang terlibat di European Super League.
Hukuman itu mulai dari denda yang bisa mencapai 60 miliar euro atau setara dengan Rp1.046 triliun hingga dikeluarkan dari kompetisi domestik dan Eropa. Para pemain yang ikut tampil di European Super League juga dilarang membela tim nasional.
Lihat juga:Kronologi Pembentukan European Super League |
Dengan ancaman tersebut, PSG disebut-sebut bisa berpeluang juara Liga Champions musim ini. Saat ini PSG mencapai babak semifinal dan akan melawan Manchester City yang jadi salah satu pendiri European Super League.
Sedangkan dua tim lain adalah Real Madrid dan Chelsea yang juga menjadi inisiator terbentuknya liga baru tersebut.
(sry/rhr)