TESTIMONI

Kisah Manis dan Tragis Jonathan Sianturi

Jonathan Sianturi | CNN Indonesia
Rabu, 12 Mei 2021 19:00 WIB
Jonathan Sianturi menuturkan kisah hidupnya menjadi legenda senam Indonesia yang sarat prestasi.
Jonathan Sianturi ingin membawa atlet Indonesia ke Olimpiade. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)

Momen tak terlupakan lainnya adalah pada saat PON Surabaya tahun 2000. Sekali lagi, semula saya tak pernah mengalami cedera yang disebabkan oleh kuasa gelap atas usaha pihak tertentu untuk menggagalkan target yang diberikan, sampai saya sendiri mengalaminya.

Tiga hari menjelang pertandingan, saya mengalami sakit yang aneh. Pinggang saya serasa seperti setrum listrik dan disayat silet. Rasa sakitnya menyengat berkisar setengah jam sekali dan membuat saya tak bisa tidur sampai bergadang dua hari.

Seumur-umur saya belum pernah merasakan hal seperti ini. Manajer, pelatih, dan dokter tim DKI saat itu tidak bisa menjelaskan secara logis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian keluarga menghubungi kerabat di Surabaya dan juga papa saya di Jakarta untuk datang dan berdoa bersama ditempat saya menginap. Percaya atau tidak, rasa nyeri berangsur hilang. Untuk memastikan keadaan saya tidak 'diserang' lagi, kerabat dan papa saya juga berdoa bersama di tempat saya berlomba.

Dalam benak saya bisa lepas dari cedera aneh saja sudah Puji Tuhan. Saya juga tak terlalu berharap lagi bisa raih lima emas seperti yang ditargetkan pada saya. Dalam hati saya, dapat satu emas saja sudah bersyukur karena badan saya seperti sudah tidak punya kekuatan yang cukup untuk berlomba.

Tapi, mukjizat itu benar-benar saya alami. Saya bisa berlomba dengan baik dan berhasil meraih lima emas sesuai dengan target yang diberikan KONI saat itu.

Rasa kegembiraan yang besar bukan main kami alami bersama tim saat itu, terutama keluarga yang ikut mendampingi. Tapi, selang beberapa jam kegembiraan itu hilang. Saya mendapat telepon dari keluarga bahwa papa saya tidak ada di kereta.

Banner Live Streaming MotoGP 2021

Kemudian saya mendapat kabar lain dari polisi bahwa bapak telah meninggal. Jasadnya ditemukan di sawah berjarak beberapa meter dari rel kereta api. Ketika menjemput jasad papa, saya melihat langsung bekas luka tusukan di leher dan tujuh tusukan di dada.

Pertama media mengabarkan bapak saya meninggal karena dibunuh sesuai berita acara yang diberikan pihak petugas yang pertama menemukan jasad papa saya. Beberapa hari kemudian berita berubah dianggap terjatuh dari kereta.

Kami sekeluarga menganggap Papa kami dibunuh sesuai surat acara pembunuhan yang kami terima dari pihak berwenang saat itu dan pelakunya belum terungkap hingga saat ini.

Pelatih senam artistik putra Jonathan M. Sianturi, melakukan pemanasan dalam sesi latihan di GOR Senam Raden Inten, Jakarta Timur, Selasa, 17 Maret 2015. Pemusatan latihan ini merupakan persiapan untuk menghadapi ajang Sea Games 2015 di Singapura pada 6 hingga 16 Juni 2015.Jonathan Sianturi mengabdikan diri sebagai pelatih senam nasional. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)

Sebelum kejadian tersebut saya sempat berencana untuk menjadikan PON 2000 pertandingan terakhir saya. Tapi, saya menduga insiden cedera tak wajar dan meninggalnya papa adalah dua hal yang saling berkaitan.

Saya sempat berpikir mungkin ada pihak yang ingin menghentikan karier saya. Karena pada saat itu dapat dikatakan saya cukup dominan untuk cenderung juara, baik di level regional, terlebih di nasional. Namun hal itu masih dugaan kami. Kami berserah pada Tuhan yang mengetahui kepastian tentang kejadian tersebut.

Kasus ini membuat saya pribadi banyak belajar. Jika selama ini saya hanya tahu teori tentang mengampuni, maka saat itu adalah waktunya bagi saya untuk melakukannya. Tidak mudah memang, tapi saya terus belajar mengampuni.

Jadi tahun 2000 adalah momen yang sangat rumit. Senang dan sedih saya rasakan hampir di saat yang bersamaan. Mungkin Tuhan mau saya belajar melepaskan kepahitan dalam hidup.

Menolak Pensiun

Setelah kejadian tragis tersebut, saya mengurungkan niat untuk mundur dari atlet senam, sebagai respons terhadap pihak-pihak yang mungkin menginginkan saya pensiun.

Saya terus berlatih dengan giat dan ikut event-event besar. Tahun 2001 saya masih berkesempatan mempersembahkan medali emas di SEA Games Kuala lumpur, hingga akhirnya benar-benar memutuskan pensiun setelah meraih emas terakhir di PON 2004.

Setelah pensiun sebagai atlet, saya ingin mengabdikan diri sebagai pelatih karena senam sudah menjadi jejak kisah hidup saya. Sekarang saya terus belajar menjadi pelatih sebaik mungkin.

[Gambas:Instagram]

Saya ingin melanjutkan cita-cita papa saya, seperti dia memimpikan anaknya menjadi atlet berlevel internasional. Demikian saya juga memimpikan anak latih saya menjadi atlet berlevel internasional (Olimpiade).

Sekarang, saya ingin membawa atlet yang saya latih tampil hingga ke Olimpiade, sebuah event olahraga terbesar yang belum pernah saya ikuti.

Tanpa bermaksud mendahului Tuhan, saya juga bercita cita untuk membawa anak latih saya tampil di Olimpiade 2024 di Paris, Prancis. Saat ini ada atlet yang menurut saya bisa ditempa sampai ke sana. Dengan catatan, atlet tersebut juga memiliki respons dan komitmen yang kuat untuk menggapai cita-cita yang sama yakni, bagi keharuman nama bangsa dan kemuliaan nama Tuhan.

Tapi, sekali lagi, semua itu bisa terjadi hanya karena anugerah Tuhan. Sama seperti berkat atau semua prestasi yang boleh terjadi dalam hidup saya.

(jun/har)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER