Jakarta, CNN Indonesia --
Duel Manchester City vs Chelsea di final Liga Champions di Stadio Dragao, Minggu (30/5) dini hari waktu Indonesia, akan jadi momentum Pep Guardiola lepas dari bayang-bayang Lionel Messi.
Selama karier kepelatihannya, Guardiola baru dua kali menjuarai Liga Champions, yang seluruhnya saat bersama Barcelona.
Pada musim 2008/2009, Guardiola membawa Blaugrana juara Liga Champions untuk ketiga kalinya setelah mengalahkan Manchester United 2-0 di Stadion Olimpico.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua musim berselang, di tangan Guardiola, Barcelona meraih trofi Liga Champions keempat dalam sejarah klub pada 2010/2011. Lagi-lagi Barcelona juara Liga Champions setelah mengalahkan Man United, 3-1 di Stadion Wembley.
Ketika itu, Guardiola dan Barcelona berjaya di Liga Champions saat Lionel Messi dalam puncak permainan.
Beragam gelar individu disabet La Pulga: Pemain dan Penyerang Terbaik 2008/2009, Ballon d'Or 2009, Pemain dan Penyerang Terbaik 2011/2012, serta Ballon d'Or 2012 yang menjadi Ballon d'Or keempat secara beruntun sejak 2009. Ditambah dengan top skor La Liga 2012.
Dalam periode 2008/2009 hingga 2011/2012 itu Messi menjadikan Barcelona mendominasi kompetisi domestik dan juga Eropa.
Selain dua gelar Liga Champions, 3 gelar Liga Spanyol, 2 Copa del Rey, 2 Piala Super Eropa, 2 gelar Piala Dunia Antarklub, hingga 3 trofi Piala Super Eropa dibukukan Guardiola dan Barcelona.
Ketergantungan Guardiola dengan Lionel Messi di Liga Champions dibuktikan saat pelatih asal Soanyol itu melatih Bayern Munchen selama tiga musim.
 Pep Guardiola dinilai sukses di Liga Champions karena faktor Lionel Messi. (AFP PHOTO / CHRISTOPHE SIMON) |
Selama menangani Munchen, pencapaian terbaik Guardiola hanya di semifinal dalam tiga musim beruntun sejak 2013/2014 hingga 2015/2016.
Tuah Guardiola sebagai pelatih top dunia juga belum terbukti saat menjadi arsitek Man City sejak Juli 2016.
Sebelum final musim ini, Guardiola menempatkan The Citizens di perempat final dalam tiga musim terakhir, sedangkan pada musim pertamanya hanya sampai babak 16 besar usai disingkirkan AS Monaco.
Akan tetapi, usai lepas dari 'kutukan' tidak pernah mencapai final Liga Champions usai berpisah dengan Messi, kini Guardiola bisa kembali mengangkat trofi Si Kuping Besar.
Melawan Chelsea dapat jadi pembuktian Guardiola juara Liga Champions tanpa bayang-bayang Lionel Messi.
Pelatih 50 tahun itu memiliki kans besar juara Liga Champions musim ini. Berdasarkan statistik, Guardiola tidak pernah kalah ketika mencapai final Liga Champions.
[Gambas:Video CNN]
Kondisi tersebut bisa membuat mimpi besar Man City selama ini terwujud dengan mengharapkan magis Guardiola di Liga Champions.
Sebelum dibeli Abu Dhabi United Group pada 2008, Man City merupakan klub medioker di Inggris.
Saat itu koleksi gelar mereka sebatas 2 trofi Liga Inggris, 4 Piala FA, 2 Piala Liga Inggris, dengan gelar tertinggi juara Piala Winners 1969/1970.
Tetapi usai diambil alih konsorsium Timur Tengah, hingga kini The Citizens menambah lemari trofi dengan 5 gelar Premier League, 2 Piala FA, dan 6 Piala Liga.
Hanya gelar di Eropa yang belum dimiliki Manchester Biru. Setelah perubahan kepemilikan tersebut, gelar Liga Champions selalu jadi yang diburu Man City di setiap musim.
Akan tetapi, sejak kali pertama tampil di era Liga Champions pada 2011/2012, pencapaian terbaik Man City hanya di semifinal musim 2015/2016.
Pada musim 2015/2016, Man City yang masih dilatih Manuel Pellegrini disingkirkan Real Madrid usai kalah agregat 0-1.
Kini, dengan berharap tuah Guardiola, penantian panjang Man City menjuarai Liga Champions bisa berakhir.
Peluang Man City juara Liga Champions di musim ini diperkuat dengan rapor apik Guardiola atas Chelsea dan Thomas Tuchel.
Sejauh ini Guardiola 18 kali bertemu dengan Chelsea di semua ajang, dengan meraih 8 kemenangan dan menelan 7 kekalahan.
Rekor Guardiola melawan Tuchel di berbagai turnamen juga positif usai menang 4 kali dan 2 kali kalah dalam 7 pertandingan.
Pertandingan Manchester City vs Chelsea ini akan jadi duel tim yang sama-sama kuat dalam bertahan dan efektif saat menyerang.
Di Liga Champions musim ini, Man City hanya kebobolan 4 kali sejak babak grup hingga semifinal, dengan mencetak 25 gol.
Chelsea juga memiliki pertahanan yang sama baiknya setelah hanya kebobolan 4 kali dan mencetak 22 gol.
Baik Chelsea maupun Man City merupakan tim yang sama-sama produktif dalam mencetak gol. Dengan 25 gol, Man City menempati urutan kedua tim paling produktif di Liga Champions setelah Bayern Munchen yang mengemas 27 gol, sedangkan Chelsea di tempat ketiga dengan 22 gol.
Man City tidak saja lebih unggul atas Chelsea karena jumlah gol yang lebih banyak, tetapi Kevin de Bruyne dan kawan-kawan juga belum terkalahkan 12 pertandingan, 11 kali menang dan 1 kali imbang.
Transformasi pertahanan yang dilakukan Man City di musim ini jadi kunci solidnya tembok Man City.
Kedatangan Ruben Dias dari Benfica pada awal musim jadi salah satu faktor kuatnya pertahanan Man City di musim ini.
Selain karena Dias, meningkatkan performa John Stones juga berimbas baik pada nasib Man City di musim ini.
Sejak dibeli dari Everton pada 2016, Stones sempat lama duduk di bangku cadangan. Selain karena cedera, performa Stones ketika itu tidak semengilap di Everton.
 Ruben Dias dan John Stones jadi salah satu kekuatan Man City di musim ini. (REUTERS/PHIL NOBLE) |
Imbasnya, Man City bolak-balik bongkar pemain di sektor pertahanan, termasuk dengan mendatangkan Aymeric Laporte dari Athletic Bilbao dengan harga mahal pada 2018.
Akan tetapi, penampilan gemilang Stones di Everton kembali pada musim ini. Bek 27 tahun itu tampil solid bersama Ruben Dias.
Berkat performa menawan Dias dan Stones, Man City tidak saja ke final Liga Champions, tetapi juga juara Piala Liga Inggris dan Premier League 2020/2021.
Selain karena pertahanan yang rapat, lini serang Man City memiliki andil besar atas pencapaian mereka di musim ini.
[Gambas:Video CNN]
Sebanyak 10 pemain sukses menempatkan Man City sebagai tim produktif kedua di bawah Munchen dengan torehan 25 go.
Winger Riyad Mahrez dan Ferran Torres jadi top skor The Citizens di Liga Champions musim ini dengan sumbangan 4 gol. Disusul Ilkay Gundogan, Phil Foden, dan Kevin de Bruyne dengan masing-masing 3 gol.
Gabriel Jesus dan striker senior Sergio Aguero mencetak 2 gol di Liga Champion musim ini, sisanya: Raheem Sterling, Joao Cancelo, dan Bernardo Silva masing-masing mengemas 1 gol.
Jika pertahanan Man City bisa mengandalkan duet Dias vs Stones, Chelsea dapat bertumpu pada ketangguhan kiper Edouard Mendy.
Di Liga Champions musim ini, Mendy sudah 8 kali clean sheet dari 11 pertandingan. Kiper berkebangsaan Senegal dan Prancis itu unggul 1 clean sheet atas kiper Man City Ederson Moraes.
Seperti Man City, The Blues juga memiliki 10 pemain yang membawa klub asal Kota London itu jadi salah satu yang produktif dalam membobol gawang lawan.
Fleksibilitas permainan yang diterapkan pelatih Thomas Tuchel berbekal skema 3-4-2-1 membuat sektor lain memiliki kans mencetak gol.
Dalam membobol gawang lawan, Tuchel tidak selalu mengandalkan lini depan. Dari 10 pemain yang mencetak gol di Liga Champions musim ini, tiga di antaranya di luar barisan penyerang: Emerson dan Ben Chilwell sebagai bek kiri dengan masing-masing satu gol, serta Jorginho sebagai gelandang bertahan dengan catatan satu gol.
Melihat statistik kedua tim yang sama kuat, duel final Liga Champions Man City vs Chelsea akan berjalan seru.
Kehebatan kedua tim dalam membobol gawang lawan sejauh ini akan diuji dengan kuatnya pertahanan masing-masing lawan yang cukup solid.
Dengan begitu, tim yang keluar sebagai pemenangan dalam pertandingan tidak saja layak sebagai raja Eropa musim ini, tetapi juga sebagai yang terbaik di semua lini.