Kini, Zidane memutuskan untuk kembali pergi dari Real Madrid, seperti pada 2018. Namun, pelatih asal Prancis itu menilai situasinya berbeda dengan kepergiannya pada 2018.
"Sekarang saya telah memutuskan untuk pergi dan saya ingin menjelaskan alasannya dengan baik. Saya pergi, tapi saya tidak melompat dari perahu dan saya tidak lelah berlatih. Pada Mei 2018 saya pergi karena setelah dua setengah tahun dengan begitu banyak kemenangan dan begitu banyak trofi, saya merasa tim membutuhkan wacana baru untuk tetap berada di puncak," kata Zidane.
"Hari ini segalanya berbeda. Saya pergi karena saya merasa klub tidak lagi memberi saya kepercayaan diri yang saya butuhkan, itu tidak memberi saya dukungan untuk membangun sesuatu dalam jangka menengah atau panjang. Saya tahu sepak bola dan saya tahu tuntutan klub seperti Madrid, saya tahu bahwa ketika Anda tidak menang, Anda harus pergi."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi di sini satu hal yang sangat penting telah dilupakan, semuanya telah dilupakan apa yang telah saya bangun setiap hari, apa yang telah saya kontribusikan dalam hubungan dengan para pemain, dengan 150 orang yang bekerja dengan dan di sekitar tim. Saya terlahir sebagai pemenang dan saya di sini untuk menaklukkan piala, tetapi di luar ini adalah manusia, emosi, kehidupan dan saya memiliki perasaan bahwa hal-hal ini tidak dihargai, yang belum dipahami bahwa ini juga mempertahankan dinamika klub yang hebat. Bahkan, di satu sisi, saya telah dicela," ujar Zidane.
![]() |
Tetapi, Zidane mengaku senang karena telah menanamkan nilai-nilai Madridisme kepada tim asuhannya sejak kembali ke Madrid pada 2019.
"Ketika pada Maret 2019 saya setuju untuk kembali melatih Madrid setelah istirahat sekitar delapan bulan, itu karena Presiden Florentino Perez bertanya kepada saya [apakah ingin kembali ke Madrid}, tentu saja, tetapi juga karena Anda sering memberi tahu saya setiap hari," ucap Zidane.
"Saya merasakan dukungan dan keinginan untuk melihat diri saya lagi bersama tim. Karena saya berbagi nilai-nilai Madridisme, klub yang dimiliki anggotanya, para penggemarnya, dan seluruh dunia. Saya telah mencoba untuk mentransmisikan nilai-nilai ini sendiri dalam segala hal yang telah saya lakukan, saya telah mencoba menjadi contoh."
Zidane pun mengaku menghabiskan 20 tahun di Madrid sebagai pemain dan pelatih adalah hal terindah.
"Menghabiskan dua puluh tahun di Madrid adalah hal terindah yang pernah terjadi pada saya dan saya tahu saya berhutang padanya. Khususnya untuk Florentino Perez yang bertaruh pada saya pada tahun 2001, yang berjuang untuk saya, untuk membuat saya datang ketika ada orang-orang tertentu yang menentangnya. Saya mengatakannya dari hati saya, saya akan selalu berterima kasih kepada presiden untuk itu. Selama-lamanya," ucap Zidane.