Keputusan Vinales memilih meninggalkan Yamaha adalah bentuk frustrasi pembalap Spanyol tersebut selama membela Yamaha.
Vinales datang ke Yamaha pada MotoGP 2017 sebagai andalan masa depan menggantikan Jorge Lorenzo. Sempat cemerlang di awal, pada akhirnya Vinales lebih sering menelan kecewa saat menunggangi Yamaha.
Vinales bisa tampil impresif bila ia merasa kondisi motor cocok dan sesuai dengan sirkuit. Namun bila ia merasa ada masalah, terutama soal cengkeraman ban, ia bakal kesulitan untuk sekadar finis podium.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal inilah yang membuat Vinales makin jauh dari harapan memenangkan gelar juara dunia bersama Yamaha.
Masalah makin diperparah oleh kehadiran Fabio Quartararo. Meski tidak ada konfrontasi langsung, Vinales merasa tertekan dengan kehadiran Quartararo dan perlakuan Yamaha.
Quartararo bisa cocok dengan motor pabrikan Yamaha di musim debutnya tahun ini. Ia bahkan berhasil menjadi pemimpin klasemen MotoGP 2021 di paruh musim.
Tanda-tanda Vinales murka sudah terlihat di MotoGP Jerman ketika ia finis di posisi ke-19.
Vinales kecewa ketika masukannya justru tidak didengar dan Yamaha memintanya untuk mengikuti pengaturan motor Quartararo.
"Setiap pembalap punya pengaturan motornya sendiri. Tentu tak bisa saya menggunakan pengaturan motor rival selama dua musim."
"Setiap pembalap punya gaya berbeda dan mereka justru setiap hari mengajari saya cara membalap; ambil rem, lepas rem. Buka gas, tutup gas," ucap Vinales dikutip dari Autosport.
Vinales merasa makin lelah lantaran ia terus diminta untuk mengikuti pengaturan motor Quartararo tanpa solusi lebih lanjut.
"Saya tak mau menggunakan pengaturan Fabio karena saya tak menunggangi motor seperti dirinya, dan hal itu tidak akan bekerja baik untuk saya."
"Saya ingin mereka membuat motor untuk saya. Saya tak ingin menggunakan pengaturan motor versi pembalap lain setiap hari," kata Vinales.
Vinales akhirnya meledak dan memutuskan menyudahi kerja samanya dengan Yamaha.
"Jawab mereka konstan,'Saya tidak tahu'. Hal yang paling membuat saya frustrasi adalah mereka tak punya jawaban kenapa saya kehilangan cengkeraman ban," tutur Vinales.
(ptr/ptr)