Kalau ada salah satu momen yang kurang enak dalam karier saya mungkin saat dituduh lebih memilih membela Kalimantan Selatan dibandingkan Papua di PON 2000 di Surabaya.
Saya ini mulai berlatih angkat besi itu sekitar 9 tahun, karena mengikuti mama saja. Kalau ditanya dari umur berapa kenal angkat besi, tentu saja dari kecil.
Mama dulu atlet angkat besi. Mama itu katanya generasi pertama angkat besi putri di Indonesia, tahun 1985 atau 1986.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Ketika mama latihan di dekat rumah, saya lihat mama latihan sambil main bola bekel. Kalau mood lagi bagus kadang saya suka ikut latihan.
Sampai akhirnya saya mengikuti berbagai kejuaraan nasional. Setelah berprestasi di kejuaraan tingkat remaja pada 1997 dengan mewakili Papua, saya akhirnya dipanggil Pelatnas jangka panjang.
Saya pertama kali dipanggil pelatnas yang jangka panjang itu tahun 1998, waktu itu di Banjarmasin. Karena pada masa tersebut, pelatnas angkat besi itu dibagi ke dalam beberapa wilayah.
Yang di Lampung itu untuk pemusatan latihan atlet-atlet dari wilayah Indonesia bagian barat, di Banjarmasin untuk yang dari bagian timur.
Akhirnya saya latihan di Banjarmasin. Perlengkapan latihan di Banjarmasin juga cukup lengkap kalau di Papua waktu itu kan masih kurang, latihannya pun lebih terprogram bersama Coach Lukman.
![]() |
Saat di Banjarmasin itu saya sudah bangun pukul 5, sudah siap-siap latihan pagi. Selesai latihan pagi saya pergi ke sekolah.
Karena berlatih di sana, akhirnya saja jadi atlet Kalimantan Selatan di PON Jawa Timur 2000, sebelum Olimpiade Sydney. Karena waktu itu Olimpiade bulan September, PON di Surabaya itu bulan Juli.
Cuma gara-gara saya bela Kalsel, ada saudara di Papua yang marah. Banyak komentar miring dari saudara-saudara saya, teman-teman.
"Ah, kamu bukan orang Kalsel, jadi untuk apa mewakili Kalsel," katanya begitu.
Cuma yaitulah, mereka tidak tahu kalau kita harus berusaha ya seperti itu. Mereka tidak tahu usaha seperti apa yang sedang kita lakukan.
Kebanyakan orang-orang tahunya hanya yang baik-baik saja. Hanya tahu setelah kita juara, tapi tidak tahu perjuangannya itu seperti apa.
Tapi bagusnya yang kecewa-kecewa seperti itu tidak berlanjut, hanya sebentar saja. Tidak semua saudara juga marah karena saya bela Kalsel dan juara PON Jawa Timur.
Sebab, setelah membela Kalimantan Selatan di PON Jawa Timur itu saya kembali memperkuat kontingen Papua di PON 2004 [Sumatra Selatan] dan 2008 [Kalimantan Timur].
Momen lain yang agak aneh bagi saya soal karier angkat besi adalah ketika medali saya ingin dipinjam Museum Olahraga di Stadion Gelora Bung Karno.
Seingat saya kejadiannya itu tahun 2017. Perwakilan dari museum itu datang ke rumah, ke Papua, ingin ambil medali-medali Olimpiade saya.
Waktu itu saya tidak mau medali saya dibawa ke Jakarta. Tapi saya tidak menangis ketika itu, saat orang-orang museum datang ke rumah saya.
Saya cuman diam saja. Kalau saya sudah diam saja itu tandanya sama memang tidak mau. Haahaaha...
Cuma waktu itu papa bilang. Kalau dititipkan di Jakarta ada tempatnya, orang-orang bisa lihat itu medali yang kita punya. Kalau cuma ditaruh di rumah tidak ada tempatnya, tidak akan ada orang juga yang bisa lihat.
Lihat Juga : |
Teman-teman saya juga waktu itu mendukung agar medalinya tidak usah dikasih ke museum. Biar museum dapat yang duplikat saja. Tapi di Papua memang tidak ada tempat duplikat medali seperti itu.
Pada 2018 medali-medali itu sempat saya pinjam kembali. Cuma, setelah itu sampai sekarang saya belum bisa mengembalikan medali-medali ini ke Museum Olahraga. Saya inginnya biar yang medali duplikat saja yang disimpan di museum, biar yang asli saya simpan sendiri.
Cuma masalahnya di Papua kan tidak ada tempat duplikat medali. Saya inginnya medali-medali ini dibawa ke Jakarta untuk diduplikat, setelah itu yang aslinya saya bawa pulang.
(har)