Melati Tegang, Praveen Banyak Pikiran di Olimpiade Tokyo

CNN Indonesia
Rabu, 28 Jul 2021 15:04 WIB
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti terhenti di babak perempat final Olimpiade Tokyo 2020. (AFP/ALEXANDER NEMENOV)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Pelatih ganda campuran Indonesia, Richard Mainaky, menilai masalah non-teknis jadi salah satu penyebab Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti terhenti di babak perempat final Olimpiade Tokyo 2020.

Praveen/Melati tersingkir di Olimpiade Tokyo usai dikalahkan pasangan nomor satu dunia asal China, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong 17-21, 15-21 dalam babak perempat final di Musashino Forest Park, Rabu (28/7).

Richard menjelaskan sebenarnya dari sisi non teknis tidak ada kendala komunikasi antara Praveen dan Melati di lapangan. Bahkan berdasarkan laporan dari Nova Widianto yang menemani keduanya di Olimpiade Tokyo masalah komunikasi sudah sangat minim terjadi.

"Tapi buat Meli [Melati] ini pertama dia ke Olimpiade, wajar kalau tegang dibanding kejuaraan biasa. Dia bilang ke saya berlipat-lipat tegangnya. Jadi dia terlalu grogi yang membuat Praveen jadi banyak mikir, makanya sempat kesulitan lawan pasangan Australia kemarin," kata Richard kepada CNNIndonesia.com, Rabu (28/7).

Pria yang sudah puluhan tahun melatih di Pelatnas PBSI itu menganggap wajar rasa grogi Melati, namun Richard berharap pemain bisa keluar dari tekanan.

Melalui sambungan telepon, Richard juga sudah berbicara langsung kepada Melati. Richard mengatakan kepada Melati bahwa seorang Liliyana Natsir yang sudah empat kali jadi juara dunia dan dua kali di Olimpiade masih merasa tegang sampai berat badannya naik 3kg waktu meraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu.

"Masalah penyebab khususnya di Meli itu tekanan dalam diri sendiri. Dia tidak bisa keluar. Sebenarnya perubahan sudah ada saat lawan Denmark, mulai bagus dia main loss. Tapi balik lagi hari ini."

"Untuk Praveen, dia gampang terpengaruh sama Meli jadi banyak mikir. Dia akui ke saya kalau dia main terlalu mikir, itu kan sulit. Jadi ada dua lawan, diri sendiri dan lawan sehingga berpengaruh ke gerakan, pikiran, dan pukulannya," jelas Richard.

Terlepas dari faktor non-teknis yang menjadi kendala Praveen/Melati, Richard mengemban tanggung jawab atas kegagalan mempertahankan emas ganda campuran Olimpiade.

"Saya sebagai pelatih, saya berada di paling terdepan, saya berdiri bertanggung jawab atas hasilnya [kegagalan Praveen/Melati]. Baik kepada PBSI dan seluruh masyarakat Indonesia karena ini Olimpiade bawa nama bangsa," ucap Richard.

Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya...

Bongkar Pasang Praveen/Melati?


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :