Tidak seperti tim Thomas yang punya banyak alasan untuk menjuarai turnamen bergengsi ini, tim Uber Indonesia dipandang sebelah mata. Ini tak lain karena atlet-atlet putri Indonesia saat ini tak masuk elite dunia.
Untuk tunggal putri misalnya, Indonesia tak punya wakil di 20 besar dunia. Pemain terbaik Indonesia untuk kategori tunggal putri hanya Gregoria Mariska Tunjung, yakni di posisi ke-21, setelah gagal pada babak 16 besar Olimpiade Tokyo 2020.
Tunggal putri Indonesia lainnya, Fitriani berada di posisi ke-40, Ruselli Hartawan di peringkat ke-42, lantas Lyanny Alessandra Mainaky bertengger di urutan ke-88 dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari nomor ganda putri lebih baik karena Greysia Polii/Apriyani Rahayu menempati peringkat keenam yang pada 2021 telah meraih dua gelar, yakni Olimpiade Tokyo 2020 dan Thailand Open 2020. Juga ada Della Destiara/Rizki Amelia di posisi ke-23.
Kisah Greysia/Apriyani yang meraih emas Olimpiade diharapkan jadi pemantik. Pasalnya, pasangan dari beda generasi ini tak diunggulkan, tetapi bisa membuat kejutan. Kerja keras dan perjuangan keduanya diharapkan menular.
"Kalau untuk juara belum karena ada China, Korea, dan lainnya, tapi jangan terbeban hal yang macam-macam, seperti yang dicontohkan Greysia/Apriyani yang bukan andalan main habis-habisan. Tirulah mereka berdua," kata Shambazy.
Bung Kus, sapaan akrab Kusnaeni, berpikiran serupa dengan Shambazy. Menurutnya saat ini posisi atlet putri bulu tangkis Indonesia masih di bawah Jepang, China, dan Korea Selatan. Atlet Indonesia lebih dianggap sejajar dengan Thailand dan India.
"Kalau saya sih tidak pesimistis untuk Uber Cup, tetapi realistis. Untuk menjadi juara berat, tetapi momentum emas ganda putri kita di Olimpiade Tokyo 2020 bisa menjadi pemantik. Sekarang kita ini masih di bawah China, Jepang, dan Korea," kata Kusnaeni.
![]() Gregoria Mariska Tunjung semakin matang. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan) |
Sigit mengungkapkan, prestasi Greysia/Apriyani akan menular ke atlet putri Indonesia. Stigma bahwa pada era ini atlet putri Indonesia tak bisa juara di pentas bergengsi, telah terpatahkan. Namun, menurut Sigit hal itu akan bisa terwujud jika atlet berlatih ekstra-keras.
"Greysia/Apriyani bisa juara Olimpiade Tokyo seharusnya bisa jadi cerminan bagi yang lain. Menurut saya peluang ada walaupun sulit, tetapi peluangnya ada dan itu bisa diwujudkan asal pemain dan pelatih bekerja dengan keras," ucap Sigit.
Sudah begitu, berbeda dengan tim Thomas kesulitan mendapat atmosfer pertandingan karena tak ada kejuaraan selama Agustus dan September, tim Uber bisa merancangnya. Setidaknya ada banyak pemain yang bisa jadi lawan tanding tim Uber.
Lihat Juga : |
Kusnaeni memberi masukan, tim Uber Indonesia bisa berlatih tanding dengan lawan atlet bulu tangkis putra yang kualitasnya lebih baik. Sebaliknya, tim putra tak bisa mencari lawan yang lebih baik karena mereka saat ini adalah yang terbaik.
"Kalau tim Uber akan sulit mencari lawan setimpal selama masa persiapan, tetapi tim putri bisa mendapatkannya. Jika PBSI mau membuat pertandingan simulasi seperti sebelum Olimpiade, temukan tim beregu putri dengan tim putra," ucap Kusnaeni.
(abd/jun)