Jakarta, CNN Indonesia --
Manny Pacquiao bisa saja kembali merebut sabuk juara kelas welter WBA ketika menghadapi Yordenis Ugas dalam pertarungan di T-Mobile Arena, Las Vegas, Sabtu (21/8) waktu setempat.
Pacquiao sudah 42 tahun, namun faktor usia tidak lantas membuat pria yang sudah 71 kali naik ring itu bakal mudah menelan kekalahan dari ugas yang tujuh tahun lebih muda.
Petinju yang juga berprofesi sebagai politisi di Filipina itu punya kekuatan yang bisa membuat Ugas menelan kekecewaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Ugas yang baru meraih sabuk juara WBA Super pada awal tahun ini juga bukan petinju tanpa kelemahan.
Pacquiao pun tak bakal sembrono naik ring tanpa persiapan. Mengingat sudah berada di ujung karier, mantan penguasa kelas bantam, kelas bulu, kelas ringan, dan kelas terbang itu tentu ingin akhir yang manis di atas ring.
Berikut lima faktor yang membuat Pacquiao bisa menang atas Ugas:
1. Teknik Apik Pacquiao
Tidak banyak petinju memiliki karier panjang penuh kesan seperti Pacquiao di atas ring. Sejak naik ring profesional pada 1995, Pacquiao sudah berkali-kali menjadi juara.
Teknik apik Pacquiao menjadi salah satu bekal yang membuat senator Filipina ini kerap keluar sebagai pemenang dalam sebuah pertandingan bergengsi.
Pacquiao acap tampil dengan kemampuan intelegensi di atas ring dengan memanfaatkan ruang, kecepatan, juga kekuatan.
Kombinasi pukulan dan kecepatan menjadi salah satu ciri Pacquiao yang bisa merepotkan Ugas.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya...
2. Kekuatan Pukulan Pacquiao
Melawan Ugas juga bisa menjadi ukuran kekuatan pukulan Pacquiao di usia kepala empat. Dua tahun lalu ketika berhadapan dengan Keith Thurman, Pacquiao sempat membuat roboh sang lawan sebelum memastikan kemenangan angka di akhir laga.
Jika Pacquiao masih memiliki pukulan yang sama kuat, maka Ugas berada dalam bahaya. Seandainya laga sampai 12 ronde pun Pacquiao masih punya peluang juara karena punya pukulan yang memikat juri.
3. Catatan KO Ugas
Pelatih Pacquiao, Freddy Roach, sempat menyatakan Ugas memiliki potensi mengalahkan anak asuhnya karena selalu memburu kemenangan KO.
Namun menurut catatan pertandingan, Ugas mengoleksi 12 kemenangan KO dari 26 kali tarung. Menurut beberapa pengamat, kekuatan pukulan Ugas tidak sekuat lawan-lawan yang pernah dihadapi Pacquiao sebelumnya.
Dengan catatan yang tidak begitu impresif, Pacquiao malah justru bisa mendominasi Ugas.
4. Ugas Tak Punya Banyak Pengalaman di Partai Besar
Ugas yang pernah menjadi juara dunia 2005 dan meraih perunggu Olimpiade 2008 belum pernah menghadapi petinju-petinju bernama besar.
Kendati sudah masuk kancah tinju profesional pada 2010, Ugas baru bisa mendapat kesempatan tampil di duel perebutan sabuk juara pada 2019 ketika kalah dari Shawn Porter.
5. Monoton Saat Bertarung
Gaya tarung Ugas disebut berbeda dengan petinju Kuba pada umumnya. Alih-alih lincah dan liat, Ugas lebih cenderung kaku.
Kendati sudah mendapat polesan dari sang pelatih Ismael dan terbukti dengan 11 kali menang serta satu kali kalah sejak 2016, gaya Ugas berisiko jika menghadapi Pacquiao.
Ketika berhadapan dengan petinju yang memiliki gaya seperti Ugas, Pacquiao cukup mendominasi dan terus memberi tekanan pada lawan.
[Gambas:Video CNN]