2. Kekuatan Pukulan Pacquiao
Melawan Ugas juga bisa menjadi ukuran kekuatan pukulan Pacquiao di usia kepala empat. Dua tahun lalu ketika berhadapan dengan Keith Thurman, Pacquiao sempat membuat roboh sang lawan sebelum memastikan kemenangan angka di akhir laga.
Jika Pacquiao masih memiliki pukulan yang sama kuat, maka Ugas berada dalam bahaya. Seandainya laga sampai 12 ronde pun Pacquiao masih punya peluang juara karena punya pukulan yang memikat juri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
3. Catatan KO Ugas
Pelatih Pacquiao, Freddy Roach, sempat menyatakan Ugas memiliki potensi mengalahkan anak asuhnya karena selalu memburu kemenangan KO.
Namun menurut catatan pertandingan, Ugas mengoleksi 12 kemenangan KO dari 26 kali tarung. Menurut beberapa pengamat, kekuatan pukulan Ugas tidak sekuat lawan-lawan yang pernah dihadapi Pacquiao sebelumnya.
Dengan catatan yang tidak begitu impresif, Pacquiao malah justru bisa mendominasi Ugas.
4. Ugas Tak Punya Banyak Pengalaman di Partai Besar
Ugas yang pernah menjadi juara dunia 2005 dan meraih perunggu Olimpiade 2008 belum pernah menghadapi petinju-petinju bernama besar.
Kendati sudah masuk kancah tinju profesional pada 2010, Ugas baru bisa mendapat kesempatan tampil di duel perebutan sabuk juara pada 2019 ketika kalah dari Shawn Porter.
5. Monoton Saat Bertarung
Gaya tarung Ugas disebut berbeda dengan petinju Kuba pada umumnya. Alih-alih lincah dan liat, Ugas lebih cenderung kaku.
Kendati sudah mendapat polesan dari sang pelatih Ismael dan terbukti dengan 11 kali menang serta satu kali kalah sejak 2016, gaya Ugas berisiko jika menghadapi Pacquiao.
Ketika berhadapan dengan petinju yang memiliki gaya seperti Ugas, Pacquiao cukup mendominasi dan terus memberi tekanan pada lawan.