7 Calon Bintang Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020

CNN Indonesia
Selasa, 24 Agu 2021 13:10 WIB
Berikut tujuh calon bintang Indonesia di ajang Paralimpiade Tokyo 2020 yang akan digelar pada 24 Agustus hingga 5 September 2021.
Leani Ratri Oktila merupakan pemain papan atas di para badminton saat ini. (CNN Indonesia/Hesti Rika)

4. David Jacobs (tenis meja)

Nama David Jacob sudah lama malang melintang di dunia olahraga Indonesia. David menekuni tenis meja sejak usianya 10 tahun dan kini menjelma sebagai salah satu atlet difabel tersukses yang pernah dimiliki Indonesia sejauh ini.

David mengalami masalah fungsional pada salah satu tangannya. Meski begitu, ia tetap menjalani hari-harinya dengan semangat, kegigihan, dan ketekunannya menggeluti tenis meja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum menjadi atlet di bawah naungan NPC Indonesia, David lebih dulu berkarier sebagai atlet tenis meja dan pernah turun pada SEA Games Kuala Lumpur 2001 dan berhasil meraih medali perunggu di nomor ganda putra bersama Ismu Harinto. Ia juga pernah tampil di SEA Games Vietnam (2003), Filipina (2005), dan Thailand (2007).

Petenis meja Indonesia Jacobs Dian David memukul bola ke arah lawannya dari Korea Selatan Jung Sukyoun dalam babak penyisihan group A para tenis meja TT10 tunggal putra Asian Para Games 2018 di Jakarta, Minggu (7/10). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc/18.David Jacobs sudah malang-melintan mengikuti multi event. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Setelah itu, David memutuskan untuk beralih karier sebagai atlet para tenis meja spesialis kelas 10 dengan resmi bergabung menjadi atlet NPC Indonesia pada 2010.

Pada Asian Para Games Guangzhou, China pada 2010, Jacobs meraih medali perunggu nomor perorangan kelas TT10 putra. Ia juga meraih perak pada nomor ganda putra kelas TT 9-10 bersama Komet Akbar Asian Para Games Incheon, Korea Selatan, pada 2014.

Empat tahun berselang ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018, David Jacobs menyumbangkan dua emas yaitu nomor perorangan putra kelas 10 dan ganda putra TT 10 (bersama Komet Akbar). Bahkan, David dinobatkan sebagai ganda para atlet favorit bersama Komet Akbar dalam Indonesian Sport Awards 2018.

Di usianya yang sudah menginjak 44 tahun, David masih terus bertekad untuk bisa memberikan prestasi terbaik buat Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020.

5. Jendi Pangabean (renang)

Pralimpiade Tokyo 2020 bakal menjadi penampilan kedua buat Jendi Pangabean di ajang multievent olahraga disabiilitas tertinggi di dunia. Sebelumnya, ia juga lolos kualifikasi untuk tampil di Paralimpiade Rio de Janeiro 2016.

Turun di nomor 100m gaya punggung putra S9, Jendi kala itu gagal melaju ke final setelah berada di urutan keenam saat tampil di heat kedua dengan catatan waktu 1 menit 8,28 detik.

Di Paralimpiade Tokyo nanti, Jendi bertekad memperbaiki pencapaiannya saat turun pada cabang olahraga renang. Medali emas di Asian Para Games 2018 Jakarta menjadi modal buat Jendi bertekad untuk memperbaiki pencapaiannya.

Atlet renang disabilitas Indonesia, Jendi PangabeanJendi Pangabean sudah pernah mengecap atmosfer Paralimpiade di Rio de Janeiro 2016. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama H)

Banyaknya agenda kejuaraan yang batal karena pandemi COVID-19 disebut sempat membuat Jendi kesulitan untuk memantau kekuatan lawan.

Terlebih, Jendi masih belum bisa dipastikan lolos ke Tokyo karena limit waktunya belum masuk ke limit lolos Paralimpiade Tokyo 2020 yakni 1 menit 06 detik. Namun saat tampil di single event World Series di Italia pada Juni lalu, pria kelahiran 10 Juni 1991 itu mencatatkan waktu 1 menit 05 detik yang akhirnya berhasil membuatnya lolos.

Untuk mewujudkan harapannya meraih prestasi gemilang di Tokyo, Jendi telah melakukan serangkaian persiapan. Bahkan ia kini menyebut sudah siap baik secara fisik maupun mental.

"Doa dan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia untuk tim Indonesia di Paralimpiade sangat berarti. Semoga target yang sudah ditetapkan bisa tercapai," ujar Jendi dikutip Antara.

6. Syuci Indriani (renang)

Syuci Indriani telah membuktikan dengan nyata bahwa tunagrahita juga bisa berprestasi. Buktinya, Paralimpiade Tokyo 2020 menjadi kali kedua ia mewakili Indonesia di ajang multievent olahraga difabel terbesar di dunia.

Usianya masih 20 tahun, tapi segudang prestasi telah ia ukir dari dalam air di cabang olahraga renang. Ia pernah meraih tiga medali emas di ASEAN Para Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Selain itu, atlet kelahiran Pekanbaru, 28 Januari 2001 itu juga mempersembahkan dua medali emas, satu perak dan satu perunggu di Asian Para Games yang digelar di Jakarta 2018 lalu.

Di Paralimpiade Rio de Janeiro 2016, meskipun belum bisa meraih medali, Syuci yang kala itu masih berusia 15 tahun berhasil lolos kualifikasi untuk tampil di tiga nomor. Hasil terbaiknya yakni meraih peringkat kedelapan di nomor 100 meter gaya dada SB14 dan peringkat ketujuh di 200 meter gaya bebas SM14.

Di Paralimpiade Tokyo, Syuci akan kembali turun di tiga nomor yaitu 100 meter gaya kupu-kupu S14 putri, 100 meter gaya dada SB14 putri dan 200 meter gaya ganti perorangan SM14 putri.

"Saya sangat semangat, yakin dan percaya diri pada Paralimpiade Tokyo kali ini yang merupakan ajang Paralimpiade kedua saya selama berkarir menjadi atlet," ujar Syuci.

Indonesia kembali menambah medali di Asian Para Games 2018. Syuci Indriani mempersembahkan medali emas dalam cabang renang 100 meter gaya punggung putri, di Stadion Akuatik, GBK, Senin, 8 Oktober 2018. CNN Indonesia/Andry NovelinoSyuci Indriani merupakan salah satu atlet berprestasi di Asian Para Games 2018. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

7. Leani Ratri Oktila (badminton)


Leani Ratri Oktila merupakan Ratu para badminton andalan Indonesia. Namanya bersinar seiring dengan prestasi yang dibuatnya untuk Indonesia.

Ratri menjadi satu dari tujuh wakil badminton yang lolos ke Paralimpiade Tokyo 2020. Bahkan, ia lolos sebagai peringkat satu dunia tunggal putri SL4 dan ganda campuran SL3-SU5.

Ketika berusia 21 tahun, atlet asal Riau ini mengalami kecelakaan yang menyebabkan tangan dan kaki kirinya patah. Dokter memvonis Ratri mengalami gangguan permanen yang membuat kaki dan tangan kirinya tak lagi seperti sebelumnya.

Meski begitu, Ratri tak mau menyerah pada keadaan. Ia berjuang untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang atlet bulutangkis yang telah ia latih sejak berusia 7 tahun.

Banner Testimoni

Ratri sudah merebut tiga medali emas Kejuaraan Dunia, tiga medali emas Asian Para Games, dan enam medali emas ASEAN Para Games.

Kini di Paralimpaide Tokyo 2020 saat badminton untuk kali pertama dipertandingkan, Ratri bakal jadi salah satu andalan Indonesia merebut medali emas.



(ttf/ptr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER