Jakarta, CNN Indonesia --
Indonesia mengirimkan 23 atlet dari tujuh cabang olahraga ke Paralimpiade Tokyo 2020 yang digelar mulai 24 Agustus hingga 5 September 2021 di Jepang. Berikut 7 calon bintang Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020.
Sebanyak 23 atlet Indonesia yang lolos ke Paralimpiade Tokyo tersebut berasal dari tujuh cabang olahraga. Tujuh cabor yang berhasil meloloskan atlet ke Paralimpiade Tokyo adalah atletik, badminton, tenis meja, renang, balap sepeda, powerlifting, dan menembak.
Kontingen Indonesia ditargetkan untuk membawa pulang lima medali dari Paralimpiade Tokyo 2020. Lima medali itu Diharapkan datang dari cabang badminton yang ditargetkan meraih satu medali emas dan satu perak. Sedangkan tiga perunggu diharapkan bisa terpenuhi dari powerlifting, tenis meja, dan atletik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut 7 profil calon bintang Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020:
1. Jaenal Aripin (atletik)
Musibah kecelakaan yang terjadi pada 2006 lalu membuat Jaenal Aripin yang saat itu masih berusia 18 tahun harus kehilangan kedua kakinya. Kondisi itu sempat membuatnya terpuruk dan butuh waktu yang cukup panjang buatnya mengembalikan rasa kepercayaan diri.
Delapan tahun setelah kecelakaan, Jaenal diajak temannya berolahraga di GOR Padjajaran, Bandung. Kini ia menjelma sebagai wakil Indonesia yang tampil di Paralimpiade Tokyo 2020.
Berbagai prestasi gemilang telah diraih Jenal Aripin di level internasional. Mulai dari ASEAN Para Games 2017 di mana ia berhasil meraih dua perak dan satu perunggu.
 Jaenal Aripin punya jam terbang tinggi lantaran telah tampil di sejumlah ajang internasional. (ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA) |
Jaenal juga berhasil meraih satu medali emas dan satu perak di Kejuaraan Dunia Grand Prix Beijing 2018 dan emas di Kejuaraan Dunia Grand Prix Tunisia 2019. Ia juga menyumbangkan medali perak ketika Indonesia jadi tuan rumah Asian Para Games 2018 lalu
Bahkan, saat ini Jaenal sudah masuk dalam peringkat 10 besar dunia untuk nomor 100 meter T54 dan 200 meter T54.
2. Muhammad Fadli Imammuddin (balap sepeda)
Muhammad Fadli Imammuddin menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang akan bersaing di lintasan balap sepeda Paralimpiade Tokyo 2020. Sesuai jadwal Fadli yang turun di dua nomor yakni, Time Trial 1.000 m C4-5 Putra dan Individual Pursuit 4.000 m C4 Putra akan memulai perjuangannya di IZU Velodrome, Tokyo, 27 Agustus.
Kecelakaan memilukan di ajang balap motor super sport 600 CC Asia Road Racing Championship di Sirkuit Sentul, Jawa Barat pada 2015 membuat Fadli harus kehilangan salah satu kakinya. Meski itu berat, namun perlahan Fadli berhasil bangkit dan kembali berprestasi di jalur yang berbeda.
Tekad itu ia buktikan ketika dia berhasil mempersembahkan satu medali emas, satu perak, dan satu perunggu di Asian Para Games 2018 Jakarta. Kerja keras Fadli bisa membuahkan hasil spektakuler hanya dalam waktu yang terbilang singkat.
Fadli mengatakan bahwa tampil di Paralimpiade 2020 menjadi momen yang ia nantikan sejak pertama kali mengikuti pelatnas pada Oktober 2020. Ia menjadi contoh nyata bagaimana seseorang dengan tekad yang kuat bisa bangkit dari keterpurukan dan menjadikan kekurangan sebagai modal untuk berprestasi.
3. Ni Nengah Widiasih (Powerlifting)
Ni Nengah Widiasih mengidap polio sejak kecil. Sebab itu, ia melakukan segala aktivitasnya dari kursi roda. Kini Widi menjadi salah satu tumpuan Indonesia untuk meraih medali di Paralimpiade Tokyo 2020 nanti.
Sejumlah prestasi telah dipersembahkan Widi buat Indonesia di berbagai event internasional. Debutnya di Paralimpiade dimulai di London 2012 ketika ia berhasil menempati posisi kelima dengan angkatan 78kg di kelas 40kg putri.
Ni Nengah juga menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang meraih medali di Paralimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil usai memboyong medali perunggu di nomor 41kg putri dengan menorehkan angkatan 95kg.
Di level ASEAN Para Games, Widi telah mengantongi dua medali emas. Masing-masing diraih pada 2015 di Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia pada 2017. Di ASEAN Games Kuala Lumpur 2017, ia turun nomor 45kg putri dan berhasil membawa pulang emas.
 Ni Nengah Widiasih meraih medali perunggu di Paralimpiade 2016. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Sedangkan di level Asian Para Games, Widi telah mengantongi dua perak masing-masing di Incheon, Korea Selatan 2014 dan ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018.
Di Tokyo 2020, Ni Nengah berhasrat untuk memperbaiki semua catatan yang pernah diraihnya sehingga bisa menyumbang medali di Paralimpiade Tokyo 2020. Ni Nengah sukses membukukan angkatan terbaik ketika ia meraih perak di ajang Fazza World Para Powerlifting World Cup 2019 di Dubai dengan total angkatan 97kg atau hanya terpaut 3kg dari Nazmiye Muratli dari Turki yang meraih emas dengan 100kg.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
4. David Jacobs (tenis meja)
Nama David Jacob sudah lama malang melintang di dunia olahraga Indonesia. David menekuni tenis meja sejak usianya 10 tahun dan kini menjelma sebagai salah satu atlet difabel tersukses yang pernah dimiliki Indonesia sejauh ini.
David mengalami masalah fungsional pada salah satu tangannya. Meski begitu, ia tetap menjalani hari-harinya dengan semangat, kegigihan, dan ketekunannya menggeluti tenis meja.
Sebelum menjadi atlet di bawah naungan NPC Indonesia, David lebih dulu berkarier sebagai atlet tenis meja dan pernah turun pada SEA Games Kuala Lumpur 2001 dan berhasil meraih medali perunggu di nomor ganda putra bersama Ismu Harinto. Ia juga pernah tampil di SEA Games Vietnam (2003), Filipina (2005), dan Thailand (2007).
 David Jacobs sudah malang-melintan mengikuti multi event. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar) |
Setelah itu, David memutuskan untuk beralih karier sebagai atlet para tenis meja spesialis kelas 10 dengan resmi bergabung menjadi atlet NPC Indonesia pada 2010.
Pada Asian Para Games Guangzhou, China pada 2010, Jacobs meraih medali perunggu nomor perorangan kelas TT10 putra. Ia juga meraih perak pada nomor ganda putra kelas TT 9-10 bersama Komet Akbar Asian Para Games Incheon, Korea Selatan, pada 2014.
Empat tahun berselang ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018, David Jacobs menyumbangkan dua emas yaitu nomor perorangan putra kelas 10 dan ganda putra TT 10 (bersama Komet Akbar). Bahkan, David dinobatkan sebagai ganda para atlet favorit bersama Komet Akbar dalam Indonesian Sport Awards 2018.
Di usianya yang sudah menginjak 44 tahun, David masih terus bertekad untuk bisa memberikan prestasi terbaik buat Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020.
5. Jendi Pangabean (renang)
Pralimpiade Tokyo 2020 bakal menjadi penampilan kedua buat Jendi Pangabean di ajang multievent olahraga disabiilitas tertinggi di dunia. Sebelumnya, ia juga lolos kualifikasi untuk tampil di Paralimpiade Rio de Janeiro 2016.
Turun di nomor 100m gaya punggung putra S9, Jendi kala itu gagal melaju ke final setelah berada di urutan keenam saat tampil di heat kedua dengan catatan waktu 1 menit 8,28 detik.
Di Paralimpiade Tokyo nanti, Jendi bertekad memperbaiki pencapaiannya saat turun pada cabang olahraga renang. Medali emas di Asian Para Games 2018 Jakarta menjadi modal buat Jendi bertekad untuk memperbaiki pencapaiannya.
 Jendi Pangabean sudah pernah mengecap atmosfer Paralimpiade di Rio de Janeiro 2016. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama H) |
Banyaknya agenda kejuaraan yang batal karena pandemi COVID-19 disebut sempat membuat Jendi kesulitan untuk memantau kekuatan lawan.
Terlebih, Jendi masih belum bisa dipastikan lolos ke Tokyo karena limit waktunya belum masuk ke limit lolos Paralimpiade Tokyo 2020 yakni 1 menit 06 detik. Namun saat tampil di single event World Series di Italia pada Juni lalu, pria kelahiran 10 Juni 1991 itu mencatatkan waktu 1 menit 05 detik yang akhirnya berhasil membuatnya lolos.
Untuk mewujudkan harapannya meraih prestasi gemilang di Tokyo, Jendi telah melakukan serangkaian persiapan. Bahkan ia kini menyebut sudah siap baik secara fisik maupun mental.
"Doa dan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia untuk tim Indonesia di Paralimpiade sangat berarti. Semoga target yang sudah ditetapkan bisa tercapai," ujar Jendi dikutip Antara.
6. Syuci Indriani (renang)
Syuci Indriani telah membuktikan dengan nyata bahwa tunagrahita juga bisa berprestasi. Buktinya, Paralimpiade Tokyo 2020 menjadi kali kedua ia mewakili Indonesia di ajang multievent olahraga difabel terbesar di dunia.
Usianya masih 20 tahun, tapi segudang prestasi telah ia ukir dari dalam air di cabang olahraga renang. Ia pernah meraih tiga medali emas di ASEAN Para Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Selain itu, atlet kelahiran Pekanbaru, 28 Januari 2001 itu juga mempersembahkan dua medali emas, satu perak dan satu perunggu di Asian Para Games yang digelar di Jakarta 2018 lalu.
Di Paralimpiade Rio de Janeiro 2016, meskipun belum bisa meraih medali, Syuci yang kala itu masih berusia 15 tahun berhasil lolos kualifikasi untuk tampil di tiga nomor. Hasil terbaiknya yakni meraih peringkat kedelapan di nomor 100 meter gaya dada SB14 dan peringkat ketujuh di 200 meter gaya bebas SM14.
Di Paralimpiade Tokyo, Syuci akan kembali turun di tiga nomor yaitu 100 meter gaya kupu-kupu S14 putri, 100 meter gaya dada SB14 putri dan 200 meter gaya ganti perorangan SM14 putri.
"Saya sangat semangat, yakin dan percaya diri pada Paralimpiade Tokyo kali ini yang merupakan ajang Paralimpiade kedua saya selama berkarir menjadi atlet," ujar Syuci.
 Syuci Indriani merupakan salah satu atlet berprestasi di Asian Para Games 2018. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
7. Leani Ratri Oktila (badminton)
Leani Ratri Oktila merupakan Ratu para badminton andalan Indonesia. Namanya bersinar seiring dengan prestasi yang dibuatnya untuk Indonesia.
Ratri menjadi satu dari tujuh wakil badminton yang lolos ke Paralimpiade Tokyo 2020. Bahkan, ia lolos sebagai peringkat satu dunia tunggal putri SL4 dan ganda campuran SL3-SU5.
Ketika berusia 21 tahun, atlet asal Riau ini mengalami kecelakaan yang menyebabkan tangan dan kaki kirinya patah. Dokter memvonis Ratri mengalami gangguan permanen yang membuat kaki dan tangan kirinya tak lagi seperti sebelumnya.
Meski begitu, Ratri tak mau menyerah pada keadaan. Ia berjuang untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang atlet bulutangkis yang telah ia latih sejak berusia 7 tahun.
Ratri sudah merebut tiga medali emas Kejuaraan Dunia, tiga medali emas Asian Para Games, dan enam medali emas ASEAN Para Games.
Kini di Paralimpaide Tokyo 2020 saat badminton untuk kali pertama dipertandingkan, Ratri bakal jadi salah satu andalan Indonesia merebut medali emas.
[Gambas:Video CNN]