Alibi Shin Tae Yong, wajar Timnas Indonesia kalah karena pemain tak tampil dalam kompetisi selama masa pandemi. Ketiadaan atmosfer pertandingan membuat kebugaran pemain tidak optimal dan sentuhan pemain jauh dari ideal.
Jika mengacu data yang disajikan Lapangan Bola Stats, dalam tiga laga Pra Piala Dunia 2022 itu rata-rata penguasaan bola Evan Dimas dan kawan-kawan tak sampai 40 persen. Umpan terukur yang dilepas pun hanya di rata-rata angka 70 persen.
Strategi yang diterapkan Shin juga tak istimewa. Bola panjang atau umpan lambung masih dominan. Padahal hal seperti ini tak diterapkan Korea Selatan asuhan Shin di Piala Dunia 2018, salah satunya saat mengalahkan Jerman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selepas itu program Shin untuk Timnas Indonesia abu-abu. Selain tak ada pemusatan latihan karena pengetatan kegiatan sosial di Indonesia sebagai imbas peningkatan kasus Covid-19, Shin juga kembali ke kampung halamannya.
Selama mudik itu Shin membuat heboh. Ia diberitakan bakal menjadi komentator pertandingan sepak bola Olimpiade Tokyo 2020 (2021). Setelah ramai, Shin membantah. Ia mengklarifikasi kepada PSSI bahwa itu hanya disinformasi.
Kini Shin sudah kembali ke Indonesia. Ia dan dua asistennya, Choi in Cheol dan Kim Jong Jin, tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta pada Rabu (18/8) malam. Ia pun harus menjalani isolasi mandiri protokol kesehatan Covid-19.
Yunus Nusi, Sekretaris Jenderal PSSI mengatakan, rapat mengenai program Timnas Indonesia akan segera dilakukan. Karena terpisah ruang, rapat tersebut akan dilakukan secara virtual, agar setelah Shin selesai isolasi program langsung dijalankan.
"Nanti akan meeting virtual dengan Departemen Teknik tentang TC Timnas Indonesia. Tunggu setelah meeting dengan Dirtek baru dijadwalkan pemanggilan pemain," kata Yunus kepada CNNIndonesia.com pada Kamis (19/8).
Pada 2021 ini, setidaknya ada tiga program yang harus diemban Shin. Pertama pertandingan play-off Piala Asia 2023 melawan Taiwan, kedua laga kualifikasi Piala Asia U-23 2022, dan ketiga Piala AFF 2020.
Ketiga program itu sama pentingnya. Shin harus bisa membawa Indonesia lolos ke fase kualifikasi Piala Asia 2023 dan membuat Timnas U-23 dapat tiket tampil di Piala Asia U-23 2022, serta juara Piala AFF seperti ia janjikan pada 2019.
Akankah hal tersebut jadi kenyataan? Meminjam bahasa seni lukis, sapuan Shin di kanvas Timnas Indonesia tampak surealis. Guratan yang dibuat mantan pemain terbaik Liga Korea 1995 dan 2001 ini belum membentuk pola yang nyata.
Salvador Dali, tokoh gerakan surealis yang dikenal lewat karya fenomenal 'The Persistence of Memory' menyebut kecerdasan tanpa ambisi bagaikan burung tak bersayap.
Lantas, seberapa besar ambisi Shin mengepakkan sayap Garuda?
Bagaimanapun surealisme juga menawarkan keindahan dan menjanjikan harga yang tinggi. Shin bisa saja membawa pola atau filosofi itu di Timnas Indonesia. Harus diakui bahwa batas ambisi dan intelegensi hanya terpisah etos kerja.
(jun)