Dua cabang olahraga yang paling banyak memperebutkan medali adalah atletik dan renang. Di Olimpiade Tokyo 2020 cabang olahraga atletik memperebutkan 48 medali emas dan renang 49 medali.
Di Paralimpiade Tokyo 2020, medali emas yang diperebutkan dari cabang olahraga atletik sebanyak 167. Dari cabang olahraga renang ada 146 medali emas yang diperebutkan.
Disadur dari laman Resmi IPC, klasifikasi atlet dikelompokkan berdasarkan derajat keterbatasan aktivitas akibat dari gangguan difabelnya. Dalam hal ini ada tiga langkah yang digunakan IPC dalam menetapkan klasifikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga langkah klasifikasi itu adalah apakah difabelnya memenuhi syarat untuk olahraga tertentu, apakah kecacatannya memenuhi kriteria kecacatan minimum olahraga, dan kelas olahraga yang paling tepat menggambarkan batasan aktivitasnya.
IPC lantas menetapkan 10 kategori atlet di Paralimpiade. Hal ini dijelaskan pada bab 3.13 dalam Buku Pegangan IPC, sebagai berikut:
1. Kekuatan otot. Maksudnya berkurangnya kekuatan otot atau kelompok otot, seperti otot satu anggota badan atau bagian bawah tubuh yang disebabkan, misalnya, cedera tulang belakang, spina bifida, atau polio.
2. Rentang gerakan pasif. Rentang gerakan sendi yang berkurang secara permanen, misalnya karena arthrogryposis. Hipermobilitas sendi, ketidakstabilan sendi, dan kondisi akut, seperti artritis, tidak dianggap memenuhi syarat.
3. Anggota gerak, yakni tidak adanya tulang atau persendian total atau sebagian sebagai akibat trauma (misalnya kecelakaan mobil), penyakit (misalnya kanker tulang) atau defisiensi anggota badan bawaan (misalnya dysmelia).
4. Perbedaan panjang kaki. Pemendekan tulang pada satu kaki karena kelainan bawaan atau trauma.
5. Perawakan pendek. Berkurangnya tinggi badan saat berdiri karena dimensi abnormal tulang tungkai atas dan bawah atau batang tubuh, misalnya karena akondroplasia atau disfungsi hormon pertumbuhan.
6. Hypertonia, yakni peningkatan ketegangan otot yang tidak normal dan berkurangnya kemampuan otot untuk meregang, karena kondisi neurologis, seperti cerebral palsy, cedera otak, atau multiple sclerosis.
7. Ataksia atau kurangnya koordinasi gerakan otot karena kondisi neurologis, seperti cerebral palsy, cedera otak atau multiple sclerosis.
8. Athetosis yang umumnya ditandai dengan gerakan yang tidak seimbang, tidak disengaja, dan kesulitan dalam mempertahankan postur simetris, karena kondisi neurologis, seperti cerebral palsy, cedera otak, atau multiple sclerosis.
9. Gangguan penglihatan. Kategori melingkupi samar penglihatan yang dipengaruhi oleh kerusakan struktur mata, saraf optik atau jalur optik, dan atau korteks visual.
10. Gangguan Intelektual. Ini merupakan keterbatasan dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif seperti diekspresikan dalam keterampilan adaptif konseptual, sosial, dan praktis, yang dimulai sebelum usia 18 tahun.
Ketua Umum NPC Indonesia, Senny Marbun mengatakan, klasifikasi nomor perlombaan Paralimpiade saat ini sudah baku: berdasarkan 10 kategori tersebut. Namun, dari 10 kategori ini dibagi lagi berdasarkan kelas difabelnya.
"Kalau sekarang klasifikasinya sudah sangat detail. Screening terperinci ini dilakukan agar perlombaannya setara. Tidak bisa kan, misalnya yang amputasi tangan bertanding dengan yang amputasi kaki," kata Sanny kepada CNNIndonesia.com.
"Goalball [bola gawang] misalnya hanya untuk atlet tunanetra. Tingkat gangguan penglihatan di Paralimpiade dibagi tiga kelas. Tujuannya apa? Agar atlet dengan gangguan penglihatan yang lebih sedikit tidak akan mendapat keuntungan," katanya menjelaskan.
(abd/ptr)