Pengamat: Aksi Kung Fu Syaiful Indra Bukti Tak Profesional

CNN Indonesia
Selasa, 07 Sep 2021 13:55 WIB
Insiden tendangan kung fu Syaiful Indra Cahya pada laga uji coba AHHA PS Pati merupakan bukti ketidakpahaman arti profesionalitas.
Ilustrasi kartu merah. (AFP/GIUSEPPE CACACE)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pengamat sepak bola nasional, M. Kusnaeni, menyebut insiden tendangan Kung Fu yang dilakukan pemain AHHA PS Pati, Syaiful Indra Cahya merupakan bukti ketidakpahaman arti profesionalitas pemain di sepak bola.

Kejadian seperti yang dilakukan Syaiful bukan 1-2 kali terjadi di lingkup kompetisi sepak bola berlabel profesional Indonesia. Tak hanya di Liga 2, di kasta tertinggi kompetisi sepak bola Indonesia, Liga 1 juga masih kerap terjadi.

"Ini menggambarkan level profesional pemain kita. Banyak pemain di Liga 1 dan Liga 2 yang belum sepenuhnya memahami makna profesionalisme. Harusnya mereka menyadari profesi mereka adalah sumber kesejahteraan dan mata pencarian mereka," kata Kusnaeni yang akrab disapa Bung Kus kepada CNNIndonesia.com, Selasa (7/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Kusnaeni jika pemain paham dengan arti pemain profesional di sepak bola khususnya, mereka akan menjaga supaya pekerjaan mereka tetap terhormat dan bisa terus menerus memberikan penghasilan bagi mereka.

Bahkan, lanjutnya, tidak hanya untuk pemain yang bersangkutan tapi juga untuk orang lain yang berada di lingkup profesi yang sama. Tidak hanya sesama pemain, tapi juga pelatih, wasit, ofisial dan perangkat pertandingan.

Banner Live Streaming MotoGP 2021

"Kalau menyadari lingkup profesional, mereka pasti akan menghormati. Dan itu yang harus sama-sama dijaga. Pemain yang melanggar itu, sadar enggak apa yang dilakukannya mengancam nyawa teman satu profesinya dan dia sadar enggak kalau dia juga berpotensi kehilangan mata pencariannya," ujarnya.

Di mata Kusnaeni hal yang paling membedakan antara pemain profesional dan bukan adalah penerapan kode etik profesi dalam pekerjaan. Pemain sepak bola diibaratkan seperti dokter dan insinyur yang memiliki kode etik profesi yang mengikat di dalam sebuah asosiasi pekerjaannya masing-masing.

Jika seorang pesepakbola mau dikatakan profesional, jelas Kusnaeni, mereka harus mengikatkan diri ke dalam kode etik profesi dan bergabung ke asosiasi profesi sebagai pemain. Di sepak bola asosiasi profesi untuk pemain dikenal dengan APPI atau Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia.

"Tapi kenyataannya, seberapa banyak pemain sepak bola kita baik yang di Liga 1 maupun Liga 2 yang masuk tergabung di APPI? Padahal APPI itu bisa sebagai organisasi pembinaan etika pemain profesional, bagaimana berkomitmen terhadap profesi dan organisasi. Itu bisa meredam tindakan-tindakan yang di luar kode etik profesi tersebut."

"Pada saat jeda kompetisi, APPI biasanya membuat kegiatan. Misalnya mengumpulkan pemain untuk memahami aturan baru, hal baru terkait law of the game, bagaimana merencanakan karier, mengelola keuangan, bersikap sebagai pemain profesional, termasuk pemahaman kode etik sebagai pemain. Rules-nya seperti apa, karena asosiasi itu memiliki kewenangan untuk menegakkan kode etik itu," ucap Kusnaeni.

Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>

Klub Tak Boleh Membiarkan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER