Manajer Liverpool Jurgen Klopp mengingatkan Newcastle bahwa uang tidak bisa begitu saja menghasilkan kesuksesan sambil menyinggung masalah hak asasi manusia (HAM).
Diketahui, Dana Investasi Publik (PIF) yang diawasi langsung oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) mengambil alih kepemilikan Newcastle dari dari St. James Holdings Limited dengan nilai £305 juta (sekitar Rp5,8 triliun).
Dikutip dari Marca, PIF, yang bermitra dengan PCP Capital Partners dan RB Sports & Media, memiliki kekayaan kolektif £320 miliar atau setara Rp6.199 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, kekayaan bersih MBS, yang disebut CIA sebagai pihak yang memerintahkan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, diyakini mencapai £13 miliar (sekitar Rp251 triliun).
Dengan deret angka-angka fantastis itu, sejumlah pihak menilai Newcastle tak sulit membeli para pemain bintang yang bisa menjamin gelar.
"Apa artinya ini bagi sepak bola? Beberapa bulan kami memiliki masalah dengan klub-klub yang membangun Liga Super, dan memang demikian. Tapi [Newcastle] ini soal membangun tim super, jaminan tempat di Liga Champions dalam beberapa tahun," kata Klopp, kepada wartawan, dikutip dari AFP, Jumat (15/10).
"Penggemar Newcastle akan menyukainya, tetapi uang tidak membeli kesuksesan. Mereka punya uang untuk membuat kesalahan, tetapi pada akhirnya mereka akan berada di tempat yang mereka inginkan," lanjut dia.
Selain itu, Klopp juga menyoroti masalah HAM terkait Newcastle meski tetap menyerahkannya kepada pihak Liga Premier.
"Saya sedang menunggu pernyataan resmi dari [kepala eksekutif Liga Premier] Richard Masters karena jelas ada kekhawatiran tentang hak asasi manusia, itu jelas," tutup Klopp.
Pengambilalihan Newcastle sendiri disambut dengan cemas oleh Amnesty International, yang menggambarkannya sebagai "pukulan pahit bagi para pembela hak asasi manusia".
Arab Saudi diketahui menghadapi kecaman internasional menyusul pembunuhan brutal terhadap Khashoggi di konsulat mereka di Istanbul, tiga tahun lalu.
(afp/arh)