Shin Tae Yong berhadapan dengan kenyataan pahit karena Timnas Indonesia tak bisa diperkuat pemain terbaik versi pelatih asal Korea Selatan tersebut saat tampil di Piala AFF 2020 (2021) Desember nanti.
Rumus usang saat Piala AFF berlangsung, kembali diterapkan PSSI. Shin hanya diperkenankan memilih maksimal dua pemain per klub untuk kejuaraan dwitahunan sekawanan Asia Tenggara tersebut. Kebebasan Shin dibatasi federasi.
Kebijakan PSSI hanya memperbolehkan pelatih Timnas Indonesia memanggil dua pemain per klub mulai berlaku pada edisi 2016. Saat itu Timnas Indonesia ditangani Alfred Riedl dan secara mengejutkan bisa mencapai babak final.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pencapaian ini kemudian jadi semacam hipotesis bagi PSSI dan petinggi klub dengan kebijakan dua pemain per klub yang jadi jalan damai dengan klub karena kompetisi tetap berjalan, Timnas Indonesia tetap bisa tampil maksimal.
"Banyak yang sudah menyampaikan keberatan kepada kami, seperti kemarin Persebaya diambil empat, Persib juga demikian, sehingga diputuskan dua pemain setiap klub maksimalnya, dan Shin Tae-yong sudah sepakat dengan hal itu."
"Kadang-kadang pemain yang sisanya seperti mengambil empat satu klub, itu kadang-kadang yang dua tidak terpakai, sehingga kasihan klub-klub yang pemainnya yang cukup potensial atau cukup bagus di klub tersebut," kata Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, Rabu (10/11).
Konsep bahwa timnas merupakan kumpulan pemain terbaik dari suatu negeri versi pelatih, malah diejawantahkan PSSI dan klub sepak bola negeri ini. Sejarah di Piala AFF, di mana kebebasan pelatih memilih pemain tak berujung juara, jadi semacam argumen.
Sejak edisi perdana Piala AFF pada 1996 hingga edisi 2014, selalu ada klub sebagai penyumbang pemain terbesar di Timnas Indonesia. Pada edisi 1996 Persebaya dan Persipura menyumbang tiga pemain, lantas pada 1998 didominasi Persebaya dengan 11 pemain.
Selanjutnya pada 2000 ada lima pemain Persija Jakarta, kemudian pada 2002 ada empat pemain Persija dan Persikota Tangerang, lantas pada 2004 ada lima pemain PSM Makassar, dan pada 2007 ada tiga pemain dari PSMS Medan dan Persija.
Untuk edisi 2008 ada lima pemain Persija di skuad Piala AFF, lantas pada edisi 2010 ada lima pemain Sriwijaya FC dan Arema Indonesia, dan pada 2014 ada enam pemain Persib Bandung. Edisi 2012 merata karena ada dualisme kompetisi.
Shin dengan tegas menyatakan, kebijakan hanya bisa memanggil dua pemain per klub untuk Timnas Indonesia, merugikan. Kendati demikian mantan pelatih Korea Selatan di Piala Dunia 2018 ini tetap mematok target juara di Singapura.
"Memang merugikan Timnas Indonesia, tapi perkembangan Liga 1 juga diperlukan, agar sepak bola Indonesia lebih maju. [Untuk saat ini] kami mengalah, tapi ada perjanjian dengan Liga, [klub] mau melepas lebih dari dua pemain untuk Piala AFF," kata Shin.
Shin berpegang teguh pada pendiriannya bahwa Piala AFF 2020 menjadi salah satu janjinya saat negosiasi dengan PSSI. Pada akhir 2019 itu Shin dipilih PSSI daripada Luis Milla Aspas karena yakin bisa memenuhi target PSSI juara di Piala AFF 2020.
Sayang, saat Shin memegang teguh janji, PSSI malah setengah hati. PSSI yang meminta juara malah melakukan pembatasan. Hak Shin memanggil pemain yang dianggap sesuai dengan karakter mainnya diamputasi atas nama kompetisi.
Bersambung ke halaman berikutnya...