Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Indonesia takluk 0-1 dari Afghanistan dalam laga uji coba di Stadion Gloria Antalya, Turki, Selasa (16/11) malam. Berikut lima kelemahan tim Garuda di laga tersebut.
Shin Tae Yong, pelatih Timnas Indonesia, menerapkan formasi 4-3-3 dalam pertandingan ini. Walau mendominasi dengan 55 persen penguasaan bola, jumlah shot on target Indonesia kalah. Afghanistan bahkan bisa mencuri satu gol.
Menurut pengamat sepak bola nasional, Mohamad Kusnaeni, ada lima kelemahan Timnas Indonesia dalam pertandingan melawan Afghanistan. Persoalan ini harus segera diurai Shin agar bisa tampil lebih baik di Piala AFF 2020 (2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lepas dari Pressing
Hampir tiga bulan tak bermain bersama, Afghanistan tampil menunggu saat bersua Timnas Indonesia. Dalam situasi tersebut pelatih Afghanistan Anoush Dastgir memerintahkan pemainnya mengawal pemain-pemain kunci Indonesia.
Beberapa contohnya, Evan Dimas dikawal Farshad Noor. Hal ini membuat Evan tak bisa mengatur aliran bola Indonesia dengan nyaman. Pada saat yang sama pemain seperti Dedik Setiawan ditempel dan terus-terusan dilanggar Akil Abassin.
"Beda level ya. Harus kita akui Afghanistan lebih baik dari Taiwan. Kemampuan mereka menguasai bola, melindungi bola, kerja sama tim, pressing-nya itu di atas Taiwan. Itu yang membuat kita jadi sulit berkembang," kata Kusnaeni.
Komunikasi Antarpemain
Sejak sebelum berangkat ke Turki, komunikasi antarpemain jadi perhatian serius Shin. Pemain diminta tak ragu berteriak, memberi instruksi, dan mengingatkan rekannya. Ternyata persoalan komunikasi ini belum benar-benar tuntas.
Kerja sama Witan Sulaeman dan Dedik menjadi contoh. Walau sempat membuahkan peluang matang pada babak pertama, sering kali umpan Witan ke Dedik maupun sebaliknya tidak pas karena salah pengertian.
Menurut Kusnaeni, gol Afghanistan ke gawang Indonesia pun tercipta karena komunikasi tak lancar. Fachruddin Aryanto dan Victor Igbonefo sejatinya sama-sama peluang membuang bola, tetapi tidak melakukan karena minim komunikasi.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>
Konsentrasi Pertahanan
"Selanjutnya yang tidak kalah menonjol adalah faktor konsentrasi. Main bola ya dua kali 45 plus tambahan waktu. Selama menit masih berjalan tidak boleh ada kelengahan. Kemarin kelemahannya hanya sekali itu saja dan gol," ujar Kusnaeni.
Secara umum, kata Kusnaeni, pertahanan Timnas Indonesia main bagus. Terutama sekali saat Elkan Baggott masih bermain. Sayang begitu pemain Ipswich Town itu diganti karena cedera, koordinasi langsung berubah cukup banyak.
Fachruddin yang sebelumnya membayangi Baggott dari sisi belakang dan melakukan sapu bersih saat bola lewat, tak berjalan saat Igbonefo masuk. Dalam hal ini Shin seperti tidak menyiapkan Fachruddin dan Igbonefo main bersama.
Penyelesaian Akhir
Pada babak pertama melawan Afghanistan Timnas Indonesia memiliki tiga peluang. Sayang ketiga peluang itu tak ada yang tepat sasaran saat dieksekusi. Witan hingga Dedik sama-sama gagal menjadi 'pembunuh' di depan kotak penalti lawan.
Dalam analisis Kusnaeni, Timnas Indonesia memang kekurangan sosok penyerang murni atau pemain dengan karakter nomor sembilan. Dari daftar pemain yang dipanggil hanya Ezra yang memiliki karakter itu. Namun, Ezra belum siap tampil 90 menit.
"Kita bisa pegang bola, tetapi putar-putar di belakang. Kita tidak bisa build up karena di-pressing. Masuknya Ezra sedikit banyak memberi dampak, yang itu ditunjukkan dengan bisa melepas tembakan dari situasi sempit," ucap Kusnaeni.
Pergantian Kunci
Pergantian pemain yang biasanya jadi senjata kunci untuk mengubah situasi deadlock, tak bisa dilakukan Shin. Mengganti Evan Dimas, Egy Maulana Vikri, Dedik Setiawan, dan Elkan Baggott dengan I Kadek Agung, Irfan Jaya, Ezra, dan Igbonefo, tak bertuah.
[Gambas:Photo CNN]
Hanya Ezra yang relatif memberikan dampak signifikan. Menurut Kusnaeni, pergantian pemain yang dilakukan Shin belum bisa optimal karena memang sumber daya pemain yang ada tidak mencukupi. Pemain yang diganti tak lebih baik atau punya kualitas setara.
"Memang harus diakui keinginan Shin Tae Yong menambah pemain itu sesuatu yang kalau dari sisi teknis sepak bolanya, masuk akal. Karena kelihatan saat Shin melakukan perubahan materi pemain ga naikin level permainan," ucap Kusnaeni.
[Gambas:Video CNN]