ANALISIS

Hai Timnas Indonesia, Jangan Terlalu Euforia dan Jemawa

Abdul Susila | CNN Indonesia
Senin, 20 Des 2021 19:29 WIB
Timnas Indonesia asuhan Shin Tae Yong belum pantas jemawa meski di luar dugaan mampu keluar sebagai juara grup di Piala AFF 2020 (2021).
Ezra Walian tampil dengan peran berbeda di Timnas Indonesia. (ANTARA FOTO/HUMAS PSSI)

Penampilan Timnas Indonesia arahan Shin Tae Yong dalam empat laga Piala AFF 2020 (2021) relatif tak terduga. Yang cukup mencolok, pelatih asal Korea Selatan itu bermain dengan gaya false nine.

False nine merupakan gaya permainan yang memaksa striker berperan sebagai 'penipu'. Ia tak hanya berperan mencetak gol, tetapi juga menciptakan ruang bagi rekan setim membuka peluang gol.

Hal tersebut diperankan Ezra Walian. Pemain 24 tahun ini dalam formasi baku menjadi ujung tombak, tetapi pada prakteknya lebih melebar sehingga tidak jelas siapa yang jadi juru gedor utama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat melawan Kamboja pada 9 Desember Shin menerapkan formasi 4-5-1. Ezra menjadi ujung tombak, tetapi dalam praktiknya pemain Persib Bandung ini lebih banyak beroperasi di sisi sayap sebagai pengumpan.

Kemudian saat menumpas Laos dengan skor 5-1 pada 12 Desember, formasi yang digunakan 4-3-3 pada awal laga. Ezra masuk pada menit ke-74 menggantikan Dedik Setiawan. Kali ini Ezra benar-benar jadi striker.

Irfan Jaya merayakan keberhasilan mencetak gol ke gawang Malaysia dalam laga Piala. AFF.Ezra Walian berhasil memberikan ruang untuk rekan-rekannya untuk bisa mencetak gol. (dok. PSSI)

Ketika menghadapi Vietnam pada 15 Desember, Shin mengubah gaya menjadi 3-5-2. Pada praktiknya Ezra tak menjadi ujung tombak yang menunggu serangan balik, tetapi lebih sebagai gelandang serang.

Terakhir saat melawan Malaysia pada 19 Desember, menggunakan formasi 4-1-4-1. Sama seperti laga melawan Kamboja, Ezra sering tampil di sayap. Dua gol Indonesia menggambarkan itu.

Gol pertama Indonesia yang berawal dari umpan terobosan Rachmat Irianto kepada Witan Sulaeman, disambar Irfan Jaya. Dalam posisi serangan itu, Irfan di tengah dan Ezra agak melebar di sisi kirinya.

Lantas gol kedua Irfan yang memanfaatkan bola rebound sepakan Pratama Arhan, tercipta saat bek lawan luput mengawal Irfan. Bek lawan menempel Ezra yang berdiri sejajar dengan Irfan.

Dalam kesempatan lainnya Ezra juga banyak menjadi tembok. Ia hanya menjadi pengalih bagi lawan. Pergerakan Ezra dikawal cukup ketat, sehingga membuka peluang pemain lain melakukan invasi.

Pengamat sepak bola nasional Muhammad Kusnaeni menilai keputusan Shin menjadikan Ezra sebagai false nine sebagai keputusan bijak. Ini merupakan keputusan matang dari pengamatan yang presisi.

"Ezra banyak main di wing karena itu strategi. Dia membuka ruang, karena kalau bermain di tengah mungkin akan membuat peluang akan mudah terbaca. Ezra pintar," kata pengamat yang disapa Bung Kus itu.

Akankah strategi sama dipraktekkan Shin Tae Yong saat melawan Singapura? Sepertinya tidak. Pelatih 52 tahun ini punya pendekatan yang berbeda-beda dari pertandingan ke pertandingan.



(jal)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER