ANALISIS

Sebelum Ekspor Pemain, Benahi Dulu Cara Oper Bola

Nova Arifianto | CNN Indonesia
Minggu, 09 Jan 2022 07:45 WIB
Ekspor pemain Timnas Indonesia ke luar negeri jadi barang yang sedang hangat usai Piala AFF 2020. Tetapi di balik itu ada yang tak kalah penting.
Indonesia memiliki pemain-pemain muda berbakat yang diakui lawan di Piala AFF. (AP/Suhaimi Abdullah)

Salah satu aspek pembibitan usia muda pula menjadi masalah yang sempat dikoarkan Shin Tae Yong. Pelatih kelas Piala Dunia itu mengeluhkan soal kemampuan operan pemain. Sebuah kritik kecil yang menampar.

Apa yang dikoarkan Shin bukan baru sekali ini saja terdengar. Soal kemampuan dasar pemain yang kembali jadi menu latihan dalam latihan tim nasional sudah pernah diutarakan pelatih-pelatih asing yang pernah menangani tim Merah Putih.

Lebih dari satu dekade lalu, Peter Withe dan Alfred Riedl, pernah mengomentari soal latihan dasar di level tim nasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan ocehan Shin berarti permasalahan tersebut tidak pernah dibenahi selama bertahun-tahun, tetapi di sisi lain masih ada mimpi 'berani' yang menargetkan Timnas Indonesia menjadi juara di sebuah ajang atau menembus level Asia dan ikut Piala Dunia.

Masalah kemampuan teknik dasar dan hal-hal dasar lain dalam sepak bola menjadi sesuatu yang tidak bisa disepelekan karena bakal menyangkut masa depan dan karier sang pemain. Bahkan bisa menentukan kualitas timnas.

Dengan kualitas pembibitan yang baik dan merata, maka akan muncul sebuah kekuatan sepak bola. Negara-negara dengan sepak bola yang maju, memiliki sistem pembinaan dasar yang ajeg.

Pelatih timnas Thailand, Alexandre 'Mano' Polking, yang baru saja mengantarkan Chanatip Songkrasin juara Piala AFF menekankan asosiasi sepak bola negeri Gajah Putih untuk membuat sebuah struktur sepak bola usia muda yang jelas jika mengimpikan Thailand bisa berbicara di pentas Asia atau dunia.

Jika pelatih di negara juara sepak bola ASEAN berpendapat demikian, maka Indonesia juga sudah barang tentu wajib untuk melakukan pembenahan serius di level usia muda.

Kurikulum sepak bola yang jelas dan kompetisi yang tertata rapi buat pemain dari level junior setidaknya adalah hal yang akan membentuk seorang pemain.

Hanya saja pembinaan usia dini membutuhkan banyak sumber daya dan tergolong sulit mencari sponsor. Selain itu juga jauh dari kepopuleran dan sulit mendapat sorotan. Sementara jika ada orang ingin mencari perhatian melalui sepak bola, maka mereka akan langsung memegang kendali klub, setidaknya kasta kedua.

Demi mendapat eksposur, sebuah produk atau seseorang, lebih memilih barang jadi yang bisa diartikan sebagai liga kelas satu atau pemain-pemain tenar.

Banner Testimoni

Dengan konsekuensi sulit dan minim sorotan, tak banyak orang yang mau berkorban untuk bermain di level 'grass root' seperti ini.

Beruntung masih ada orang-orang atau badan yang mau bergelut menangani bocah-bocah dalam bentuk klub dan wadah kompetisi.

PSSI hendaknya tidak melupakan persoalan ini dan menggaungkan pembibitan usia muda secara berjenjang dengan baik agar kelak bisa bersaing di kancah internasional, tak cuma di Asia Tenggara dan setelahnya bersorak bangga ketika menjadi runner up.

(har)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER