Talenta Abdul Kadir mulai terpantau pelatih timnas usia muda Indonesia pada 1965. Ada peran besar Ernest Alberth Mangindaan, pelatih Timnas Indonesia, yang mempromosikannya pada 1967.
Moncer sejak laga perdananya, banyak klub meminati Kadir. Namun pemain bertubuh mungil ini memilih membela PSMS Medan pada 1969. Di musim perdana ia langsung menyumbang gelar Perserikatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu Kadir membela Persebaya. Bersama klub berjuluk Bajul Ijo ini, Kadir tampil garang. Dua gelar runner-up dan satu trofi juara Perserikatan ia persembahkan pada kurun 1971-1979.
Memasuki era Galatama, yang disebut sebagai kompetisi semi profesional kala itu, Kadir membela Arseto, klub internal Persija. Setelah itu Kadir membela Perkesa 78 dan pensiun sebagai pemain Jaka Utama.
Setelah pensiun Kadir meneruskan karier sepak bolanya sebagai pelatih. Pada 1983 ia ditunjuk PSSI menjadi pelatih Timnas Indonesia bersama Muhammad Basri dan Iswadi Idris.
Selepas dari Timnas Indonesia, setelah gagal di King's Cup 1984, PSSI tak memperpanjang kontrak tiga sekawan tersebut. Ia lantas dipinang Krama Yudha Tiga Berlian, klub asal Palembang.
Lihat Juga : |
Sebelum meninggal dunia dalam usia 55 tahun pada 4 April 2003, kehidupan Kadir kurang sejahtera. Kadir sempat didiagnosis mengidap sejumlah penyakit seperti ginjal, jantung, dan darah tinggi.
(abs/har)