Timnas Indonesia bertekad meraih kemenangan tanpa kebobolan saat melawan Timor Leste pada laga uji coba kedua di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Minggu (30/1).
Pada laga uji coba perdana yang digelar tiga hari lalu, Indonesia meraih kemenangan 4-1 di lokasi yang sama. Gawang skuad Garuda kebobolan lebih dulu lewat gol Paulo Gali Freitas di babak pertama.
Indonesia berhasil bangkit di babak kedua berkat gol-gol Ricky Kambuaya dan Pratama Arhan serta dua gol bunuh diri pemain Timor Leste.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selepas pertandingan, pelatih Indonesia Shin Tae Yong murka dengan permainan tim arahannya di babak pertama. Selain gagal memaksimalkan peluang, gawang Indonesia malah kecurian gol.
Shin Tae Yong meminta anak asuhnya tidak meremehkan Timor Leste yang punya serangan balik berbahaya. Ia juga berharap para pemain lini depan tampil lebih efektif menuntaskan setiap peluang yang dimiliki.
Sebab, dua laga uji coba ini merupakan persiapan Indonesia menuju Piala AFF U-23 2022 yang kemungkinan punya kekuatan lebih bagus dari Timor Leste.
1. Isolasi Freitas
Paulo Gali Freitas jadi salah satu pemain yang berhasil menebar beberapa ancaman ke gawang Indonesia, termasuk satu gol yang dilesakkannya di laga uji coba pertama.
Gol Freitas terjadi karena lini belakang Indonesia lengah merespons serangan balik cepat Timor Leste. Freitas dengan kecepatan dan skill individu yang dimiliki sukses menghukum pertahanan Indonesia.
Di laga kedua nanti, Alfendra Dewangga dan kawan-kawan tak boleh melakukan kesalahan serupa. Bek Indonesia harus mengisolasi Freitas yang menjadi tumpuan Timor Leste dalam melancarkan counter attack.
Freitas juga punya kesempatan emas untuk mencetak gol kedua saat solo run yang dilakukannya berhasil menembus kotak penalti hingga terpaksa dijatuhkan kiper Syahrul Trisna.
2. Transisi Seimbang
Secara keseluruhan, transisi menyerang ke bertahan anak-anak Indonesia tak berjalan seimbang di laga pertama. Pertahanan Indonesia menyisakan celah ketika kehilangan bola di area pertahanan lawan.
Edo Febriansah yang cukup apik dalam menyerang kerap terlambat kembali ke posisi awal saat menghadapi serangan balik. Lini tengah juga kurang sigap menutup celah yang ditinggalkan ketika Edo aktif membantu serangan.
Transisi seimbang amat diperlukan saat menghadapi tim defensif yang menggunakan serangan balik sebagai senjata utamanya. Indonesia kemungkinan besar tak akan kebobolan jika organisasi pertahanan bermain solid, terutama saat merespons counter attack dari Timor Leste.
![]() |
3. Serangan Efektif
Pertahanan solid tentu tak akan lengkap jika tidak diimbangi dengan serangan yang efektif. Ini menjadi salah satu pekerjaan rumah Shin Tae Yong jika merujuk hasil laga pertama kontra Timor Leste.
Indonesia memang mendominasi serangan, namun kesulitan mencetak gol di babak pertama. Sederet serangan yang dibanguk kerap kandas karena minim penyelesaian akhir.
Peluang emas yang dimiliki Dedik Setiawan, Irfan Jaya, hingga Edo Febriansah masih belum mampu dituntaskan jadi gol. Bahkan, miskomunikasi yang sering terjadi di depan kotak penalti Timor Leste membuka celah bagi tim lawan untuk melancarkan serangan balik.
Tak masalah siapa yang akan mencetak gol nantinya, namun Indonesia harus membenahi masalah penyelesaian akhir di depan gawang jika mau meraih kemenangan tanpa kebobolan lawan tim berjuluk Lafaek.
(jun)