Terima kasih menurut saya adalah dua kata sederhana yang paling kuat maknanya, tapi sering dilupakan. Di zaman modern seperti saat ini orang-orang sering lupa bilang 'terima kasih'.
Padahal mengucapkan 'terima kasih' merupakan cara paling mudah sekaligus murah untuk memberi apresiasi, menghubungkan kita dengan orang lain, dan mengakui usaha orang lain.
Memberi apresiasi menurut saya adalah salah satu tanggung jawab dasar kita sebagai manusia dalam hidup bermasyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu sebabnya melalui catatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membuat MotoGP Mandalika bisa digelar.
---
Siang itu Sirkuit Sepang, Malaysia, diselimuti asap pada 24 Oktober 2015. Bencana kebakaran hutan di Indonesia membuat kabut asap terjadi di Sirkuit Sepang hingga MotoGP Malaysia 2015 terancam batal.
Saya berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Presiden Sirkuit Sepang Tan Sri Mokhzani Tun Dr Mahathir siang itu. Kalimat pertama yang saya ucapkan kepada Tan Sri Mokhzani adalah permintaan maaf.
Tidak ada kata gengsi dalam hati saya saat mengucapkan permintaan maaf meski ada 'rivalitas' Indonesia dan Malaysia. Karena ketika itu MotoGP Malaysia 2015 merupakan perayaan 25 tahun Sirkuit Sepang menggelar MotoGP, dan perayaan itu hampir batal karena kebakaran hutan di Indonesia.
![]() |
Bahkan yang membuat saya terkejut adalah, Tan Sri Mokhzani memberi kata-kata dukungan dan harapan agar Indonesia bisa segera menggelar balapan MotoGP, yang kali terakhir terjadi pada 1997.
"Saya pikir itu ide yang bagus, karena Indonesia punya populasi yang sangat besar. Sebuah populasi yang lapar akan ajang internasional. Jika Indonesia bisa membangun sirkuit baru atau memperbaiki Sentul, saya pikir itu akan bagus untuk MotoGP," ujar Tan Sri Mokhzani ketika itu.
Ini adalah kesempatan saya meliput langsung ajang MotoGP. Dalam hati saya berpikir: "Sirkuit begini doang? Harusnya sih Indonesia bisa bikin! Terus kenapa sampai sekarang Indonesia enggak bisa gelar MotoGP?"
Lebih menyesakkan lagi hampir setiap tahunnya penonton asing terbanyak di MotoGP Malaysia berasal dari Indonesia. Itu artinya masyarakat Indonesia rela terbang jauh-jauh ke Malaysia, keluar uang banyak, untuk menonton MotoGP.
Terus kenapa enggak gelar sendiri saja balapan MotoGP di Indonesia?
Ketika melakukan wawancara dengan Tan Sri Mokhzani, saat itu Indonesia sudah dirumorkan akan menggelar MotoGP pada 2017. Bahkan pemerintah Indonesia melalui Kemenpora sudah mencapai kesepakatan dengan Dorna Sports.
Tapi wacana itu hancur pada 6 Juli 2016. Sesuai dengan surat Dorna, Kemenpora memastikan Indonesia tidak akan menggelar balapan MotoGP pada 2017 karena Sirkuit Sentul, sirkuit yang diajukan Indonesia menjadi tuan rumah, tidak memenuhi standar FIM Homologation.
Ternyata pikiran saya mengenai 'sirkuit begini doang' tidak semudah yang saya kira. Setelah saya teliti lebih dalam, faktor pertama yang harus dimiliki sebuah sirkuit untuk bisa menggelar balapan MotoGP adalah keselamatan, baik untuk pembalap dan penonton.
![]() |
Dan faktor itu tidak dimiliki seluruh sirkuit yang ada di Indonesia ketika itu. Maklum Indonesia sudah lama tidak menggelar balapan internasional kelas A.
Menurut saya salah satu periode membingungkan adalah ketika sejumlah pihak muncul ikut nimbrung dalam MotoGP Indonesia. Mulai dari Pemprov Sumatera Selatan ketika era Alex Noerdin yang ingin membuat sirkuit di wilayah Jakabaring, hingga pengusaha Hary Tanoesoedibjo yang mengumumkan membangun sirkuit di Lido, Jawa Barat.
"Ini yang benar di mana sih sirkuit MotoGP dibangun?" pikir saya ketika itu. Bahkan Alex Noerdin sudah sempat bertemu langsung dengan CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta, di tengah balapan MotoGP Malaysia dan dia mengklaim Dorna sudah menyetujui rancangan sirkuit yang akan dibangun di daerah Jakabaring tersebut. Membagongkan!
Ketika Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) menandatangani kerja sama dengan pihak Roadgrip Motorsports untuk pembangunan Sirkuit Mandalika pada Januari 2017, saya juga tidak bisa tenang. Karena membangun sirkuit untuk balapan seperti MotoGP tidak hanya mahal, tapi juga ribet dengan segala bentuk persyaratan dalam homologasi.
Menanti Indonesia menggelar MotoGP merupakan penantian penuh drama. Sempat seperti nonton sinetron yang episodenya terus bertambah. Penuh excitement di awal, tapi kemudian situasinya naik-turun, bahkan terkadang tidak jelas.
Kegundahan semakin menjadi-jadi ketika Sirkuit Buriram, Thailand, pada 2017 resmi diumumkan menjadi salah satu tuan rumah MotoGP 2018. Apa-apaan ini, Thailand yang enggak ada gembar-gembor pemberitaan dan pemerintah malah gelar MotoGP. Kesalip lagi dah.
![]() |
Meski pemerintah Indonesia melalui ITDC mengumumkan akan membangun Sirkuit Mandalika, tapi butuh waktu lama bagi Indonesia untuk memastikan bisa masuk kalender MotoGP, yakni pada September 2020. Ketika itu diumumkan Indonesia akan masuk kalender MotoGP 2021, atau lima tahun setelah rencana awal.
Tragedi pandemi Covid-19 membuat semua rencana menjadi berantakan. Bahkan penggemar MotoGP di Indonesia lagi-lagi harus kembali gigit jari setelah Dorna mengumumkan MotoGP Mandalika 2021 batal digelar dan diundur ke 20 Maret 2022.
Ada lebih dari 112 juta pengguna sepeda motor di Indonesia. Jadi bisa dibayangkan bagaimana rasanya kepedihan masyarakat Indonesia menunggu melihat MotoGP kembali digelar di Tanah Air. Butuh 25 tahun untuk mewujudkannya.
Butuh lima kali pergantian presiden bagi Indonesia untuk membawa ajang MotoGP kembali ke sini. Tapi kini semuanya sudah siap. Indonesia akan menggelar balapan MotoGP hari ini, penantian panjang sudah berakhir.
Terima kasih atas kerja keras yang terlibat untuk mewujudkan MotoGP Mandalika kembali digelar. Termasuk penggemar MotoGP di Indonesia yang sudah rela menahan rasa rindu yang terlalu lama.