Talenta tanpa kekuatan kolektif bukan kekuatan berbahaya. Apalagi nama besar, sama sekali bukan jaminan. Persipura Jayapura yang legendaris di Liga Indonesia pun terancam turun kasta dari Liga 1.
Persipura, si pengumpul gelar terbanyak selama era Liga Indonesia (sejak 1994) kini diambang degradasi. Tim Mutiara Hitam saat ini menempati peringkat ke-16 atau sedikit lagi menyusul Persiraja dan Persela.
Ini nestapa, sebab Persipura termasuk satu dari empat tim Liga Indonesia yang belum pernah turun kasta. Tiga tim lain yang tak pernah terdegradasi ke kasta kedua adalah Persija, Persib, dan PSM Makassar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pandemi Covid-19 dan kondisi keuangan yang pas-pasan membuat internal Persipura tak terlalu harmonis. Perginya kapten legenda Boaz Solossa karena berselisih dengan pengurus klub membuat situasi makin runyam.
Meski ditangani pelatih kawakan bertangan 'emas' Jacksen F Tiago, Persipura tak berkutik. Pada akhirya Jacksen dipaksa menepi karena gagal mengangkat performa Yohanes Ferinando Pahabol dan kawan-kawan.
Penggantinya, Angel Alfredo Vera bernasib tak jauh serupa. Pelatih asal Argentina ini belum bisa mengatrol performa tim. Malahan Persipura dikurangi tiga poin dan kalah 0-3 karena enggan melawan Madura United.
![]() |
Kebangkitan mulai terjadi pada seri kelima Liga 1 2021/2022. Kembalinya manajer lama, Rudy Maswi secara tidak langsung mengatrol mentalitas pemain. Kemenangan demi kemenangan mulai diraih si Hitam-Merah.
Masalahnya, tim lain yang juga terancam degradasi, yakni PSS Sleman dan Barito Putera, juga dalam performa menanjak. Kalau Persipura menang atas Persita pada Kamis (31/3), tetapi pada saat yang sama PSS dan Barito menang, tetap degradasi.
Harapan Persipura adalah PSS kalah dari Persija atau Barito dilumat Persib. Ya, kelolosan Persipura dari lubang jarum degradasi tergantung pula dari hasil tim lainnya. Perjuangan mereka juga ada di tangan tim lain.
Namun bagi Ricardo Salampessy, salah satu pemain senior Persipura, yang dibutuhkan saat ini adalah perjuangan habis-habisan tanpa memikirkan tim lain. Persipura hanya perlu berjuang dan sisanya 'Tangan Tuhan' yang bicara.
"Kita yang menentukan diri sendiri. Kita tidak tahu nasib klub lain. Kita kerjakan kita punya tugas, Tuhan melakukan sisanya. Kita berjuang untuk orang-orang yang mencintai kita. Jangan takut habis," kata Ricardo.
Kisah Selamat Musim 1998/1999
Persipura pernah nyaris turun kasta. Itu terjadi pada musim 1998/1999. Dalam kompetisi yang dibagi dalam lima grup usai kerusuhan Mei 1998 tersebut tim Mutiara Hitam selamat karena perjuangan dan keajaiban Tuhan.
Mereka mengumpulkan 12 poin dari 10 pertandingan. Poin mereka sama dengan Putra Samarinda dan Persiba Balikpapan yang akhirnya terdegradasi. Pusam di peringkat keempat, Persipura kelima, dan Persiba keenam.
![]() |
Pada laga pemungkas Grup E itu, Persipura menang 2-1 atas PSM Makassar dan pada saat yang sama Persiba Balikpapan menyerah 0-2 dari Putra Samarinda. Persipura yang awalnya juru kunci grup naik ke posisi kelima dan selamat.
Karena poin ketiganya sama, yang digunakan untuk menentukan peringkat adalah selisih gol. Pusam minus satu gol (14-15), Persipura juga minus satu gol (15-16), sedangkan Persiba minus tiga gol (10-13).
Situasi pada 1998/1999 itu bisa terulang musim ini. Itu akan terjadi jika Persipura menang, Barito Putera imbang, dan PSS kalah. Otomatis poin akhirnya ketiganya sama-sama 36, sehingga head to head poin tak bisa digunakan.
Pasalnya, Persipura unggul head to head melawan PSS (imbang dan menang), sedangkan PSS unggul head to head dengan Barito (dua kali menang). Adapun Barito unggul head to head dengan Persipura (dua kali menang).
Jika situasi ini terjadi, head to head selisih gol yang akan digunakan. Jika menggunakan skema pada pasal sembilan, ayat empat, poin b dan butir b, Persipura yang akan turun kasta di akhir musim.
Ini karena jumlah gol PSS saat jumpa Barito dan Persipura adalah plus 3, sedangkan Barito plus dua, adapun Persipura minus dua. Persipura hanya melesakkan lima gol saat jumpa PSS dan Barito, tetapi kebobolan tujuh kali.
Karenanya Persipura tak berharap skema ini yang berlaku. Mereka akan berjuang sekuat tenaga untuk mengalahkan Persita yang mulai kehabisan bensin (tak menang dalam lima laga terakhir) dan berharap PSS atau Barito kalah.
Jika melihat lawan yang akan dihadapi, Laskar Sultan Antasari dalam posisi paling rawan. Barito akan jumpa Persib yang punya permainan solid. Sudah begitu sang pelatih, Rahmad Darmawan punya memori pahit.
Pada 2018 pelatih yang biasa disapa RD tersebut membawa Mitra Kukar turun kasta. Pada laga pemungkas melawan Persija di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Mitra kalah 1-2. Persija akhirnya juara liga dan Mitra turun kasta.
Memori pahit ini yang sedang membayangi mantan pelatih Persipura tersebut. Bukan tidak mungkin RD kembali menjadi pelatih yang mengantarkan tim asal Kalimantan turun kasta dari kasta tertinggi sepak bola.
Namun PSS juga dibayangi hal buruk. Dalam dua musim terakhir sang lawan, Persija jadi momok. Pertama membuat Mitra Kukar degradasi pada 2018 dan pada 2019 mengalahkan Kalteng Putra yang sudah pasti terdegradasi di akhir musim.
Akankah PSS menjadi korban ketiga Persija di akhir musim secara beruntun? Tanda-tandanya ada. Macan Kemayoran mulai memperlihatkan permainan yang solid dalam dua pertandingan terakhirnya bersama pelatih Sudirman.
(jal)