Jakarta, CNN Indonesia --
Sirkuit Mandalika telah berhasil menggelar dua kejuaraan balap motor kelas dunia yaitu World Superbike (WSBK) 2021 dan MotoGP 2022.
Kesuksesan itu membuat pihak pengelola Sirkuit Mandalika, yakni Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) percaya diri untuk menggelar event-event kelas dunia lainnya di sirkuit yang memiliki panjang 4,31 kilometer tersebut.
Salah satunya, ITDC membuka peluang Sirkuit Mandalika untuk menggelar Formula 1 (F1). Lalu, apakah Sirkuit Mandalika layak gelar F1?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menjadi tuan rumah balapan F1, sirkuit harus mendapatkan lisensi tertinggi dari FIA atau sirkuit harus masuk kategori grade 1.
Sirkuit Mandalika saat ini sejatinya sudah memenuhi Standar For Road Racing Circuit (SRRC) yang menjadi indikator untuk menggelar balapan seperti MotoGP atau F1.
Sirkuit Mandalika juga sudah termasuk sirkuit kategori Grade 1 yang merupakan peringkat sirkuit tertinggi.
Sirkuit Mandalika pun sudah memenuhi ukuran panjang 4,3 kilometer dengan lebar 15 meter yang menjadi syarat untuk menggelar F1.
Namun, masih banyak PR yang harus dibenahi Sirkuit Mandalika untuk memenuhi standar FIA untuk menggelar F1.
Dari pertemuan sebelumnya antara CEO Formula 1 Stefano Domenicali dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat NTB Ridwan Syah disampaikan bahwa Sirkuit Mandalika harus melakukan beberapa pernyesuaian agar bisa menggelar F1.
Di antaranya pelebaran pit garage, pengadaan automatic signaling system untuk marshall, dan penambahan total 26.000 ban bekas di pembatas lintasan.
Sebenarnya, masih banyak lagi syarat-syarat detail yang harus dipenuhi oleh Sirkuit Mandalika untuk bisa menggelar F1. Seperti pusat medis yang harus dibuat permanen dan harus menyediakan setidaknya dua dokter yang ahli dalam bidang resusitasi jantung paru dan dua ahli bedah.
Anggota tim medis juga harus memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik dan berpengalaman menangani pasien trauma.
Ada juga persyaratan minimum untuk kit medis, seperti ventilator mekanis, monitor detak jantung, cadangan oksigen, papan tulang belakang, x-ray, dan banyak lagi.
Selain itu, FIA juga memberikan daftar obat-obatan yang harus ada di pusat kesehatan. Untuk memenuhi kesiapan medis ini tampaknya Indonesia juga memiliki kemampuan, meskipun dibutuhkan biaya yang besar.
Bersambung ke halaman berikutnya...
FIA juga menjelaskan bahwa papan iklan di sekitar luar lintasan harus stabil dan aman, dan tidak boleh mengganggu visibilitas pengemudi atau ofisial dengan cara apa pun.
Permukaan trek tidak boleh memuat iklan, dan iklan apa pun di area run-off tidak boleh mengurangi ketahanan selip yang memperlambat mobil jika terjadi tabrakan.
Di luar trek itu sendiri, area publik yang dapat diakses oleh penggemar harus melayani pengunjung difabel. Minimal, FIA menyarankan untuk memasang area pandang khusus untuk penonton penyandang cacat, fasilitas toilet khusus, tempat parkir, dan jalur beraspal yang memungkinkan orang yang menggunakan kursi roda untuk berkeliling.
Selain hal teknis, untuk bisa menggelar Formula 1 juga dibutuhkan finansial yang kuat. Seperti diketahui, commitment fee untuk menggelar Formula One (F1) lebih mahal dari MotoGP.
Direktur Utama Indonesia Tourism and Development Corporation (ITDC) Abdulbar M Mansoer mengatakan pada 2019, commitment fee atau biaya kesepakatan menggelar MotoGP di Indonesia adalah 9 juta euro atau sekitar Rp142 miliar.
Adapun commitment fee untuk penyelenggaraan F1 mencapai di atas 40 juta dollar AS atau sekitar Rp500 miliaran lebih.
Biasanya kesepakatan menggelar ajang balap seperti F1 dan MotoGP berdurasi panjang, dari lima hingga 10 tahun. Meskipun sudah ada kesepakatan ini, angka commitment fee akan terus meningkat menyesuaikan situasi.
Malaysia yang sempat menggelar Formula 1 juga mengaku kerap mengalami kerugian karena biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi. Namun, Sirkuit Sepang tak pernah kapok dan selalu ingin menggelar balapan F1 karena memiliki nilai yang sangat berharga bagi negara mereka.
Karena itu meski syarat menggelar F1 sangat banyak, ITDC dan pihak-pihak terkait tetap harus memperjuangkan agar Sirkuit Mandalika bisa menggelar ajang balap jet darat ini di Indonesia. Tetapi, harus dengan perencanaan dan perhitungan yang matang serta tidak tergesa-gesa agar tidak memunculkan banyak keluhan pada akhirnya.
Banyak keuntungan jika Indonesia bisa menggelar ajang balapan jet darat tersebut. Salah satu keuntungan yang paling jelas dengan menggelar F1 adalah meningkatnya citra Indonesia sebagai negara tujuan sport tourism.
Apalagi, Lombok sebagai lokasi Sirkuit Mandalika memiliki pemandangan yang eksotik dan kebudayaan unik yang menjadi daya tarik para turis. Hal ini secara otomatis akan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Sehingga, walaupun Sirkuit Mandalika masih banyak yang perlu dipermak, namun bukan mustahil bisa menggelar Formula 1 di masa mendatang.
[Gambas:Video CNN]