Kehadiran Ronaldo untuk kali kedua di Old Trafford terus menjadi polemik. Banyak yang menilai Ronaldo masih bisa jadi pembeda di lapangan. Namun, tak sedikit pula yang mengkritik CR7 sebagai biang keladi keterpurukan MU.
Dengan usia 36 tahun, Ronaldo sebenarnya masih bisa diandalkan cetak gol. Buktinya ia masih mampu mengemas 22 gol bersama MU di semua kompetisi.
Namun, tak dimungkiri pergerakannya sudah tak selincah 3-4 tahun lalu. Itu menjadi alasan bagi Ole Gunnar Solskjaer maupun Ralf Rangnick untuk menurunkan Ronaldo sebagai ujung tombak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlepas dari ketajamannya mencetak gol, Ronaldo digadang-gadang menjadi pengganggu harmoni di ruang ganti. Ia lebih mencuri perhatian dari kapten MU Harry Maguire yang secara kebetulan sering tampil buruk.
Selain itu, Ronaldo juga bisa membuat pelatih tak leluasa menggunakan taktik yang diinginkan. Terlebih jika harus melempar CR7 ke bangku cadangan.
Namun, yang jadi persoalan Ronaldo juga bisa muncul sebagai pahlawan di saat-saat genting. Itu dibuktikan saat mencetak hattrick lawan Norwich yang membuat Man Utd menang secara dramatis dengan skor 3-2.
![]() |
Kontribusi Ronaldo benar-benar tampak di lapangan. Kehadirannya juga bisa melecut mental para pemain Man Utd yang belakangan mudah ambruk di tengah jalan.
Sosok Ronaldo amat dibutuhkan pada laga krusial seperti melawan Chelsea. Nama besarnya masih menjadi magnet sekaligus pencuri perhatian para pemain lawan.
Ralf Rangnick kemungkinan akan kembali menurunkan Ronaldo yang di pertandingan sebelumnya mampu mencetak gol meski Man Utd kalah 1-3 dari Arsenal.
Meski demikian, Man Utd tak boleh ketergantungan Ronaldo. Dimainkan atau tidak, mereka harus bekerja keras untuk memetik kemenangan demi menjaga asa tampil ke Liga Champions musim depan.
Karena jika takluk dari Chelsea, 'kiamat' dipastikan menjemput. Musim ini, Man Utd bakal berakhir tanpa gelar dan gagal tampil ke Liga Champions, serta terancam keluar dari zona Liga Europa.