Bicara soal Ramadan, Mohammad Ahsan juga menceritakan pengalaman menjalankan puasa di luar negeri. Sebagai atlet pergi jauh ke negeri orang merupakan hal biasa termasuk di bulan puasa.
Ahsan sadar kompetisi internasional kerap tak mengindahkan momen-momen tertentu seperti Ramadan. Untuk itu pengoleksi tiga gelar juara dunia itu memilih untuk menyesuaikan diri dalam mengikuti turnamen sambil tetap menjalankan ibadah puasa.
Selain suasana tantangan lain yang Ahsan temui saat menjalani turnamen di luar negeri ketika bulan Ramadan adalah mencari makanan halal. Sebagai muslim ia berusaha maksimal mencari makanan yang halal di manapun berada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tantangan pasti soal makanan, terutama buat sahur karena susah cari makanan halal. Saya tetap beli [makanan] di luar untuk buka puasa, tapi sekalian dibungkus untuk sahur," kata Ahsan.
"Makanan yang saya beli paling nasi, udang atau seafood lain, terus sayur. Yang aman-aman saja," ujarnya menambahkan.
Bolak-balik ke luar negeri termasuk di bulan Ramadan sudah menjadi bagian dari hidup atlet 34 tahun itu. Ia ingat ketika pertama kali merasakan pengalaman Ramadan di luar negeri saat menjalani sebuah turnamen tingkat junior, 12 tahun silam.
"Sudah lama banget, dari junior kayaknya. Sekitar 2010 mungkin ya [pertama puasa di luar negeri], negaranya saya lupa, masih di Asia deh kayaknya. Rasanya saat itu tentu berbeda karena saya terbiasa sahur di rumah, jadi pas ke luar negeri harus siapkan sahur sendiri," kata dia.
"Kalau dulu masih sendiri, masih tidak apa-apa. Tapi sekarang karena sudah berkeluarga, puasa di luar negeri itu kadang rasanya sedih," ujar Ahsan.
(ikh/har)