TESTIMONI

Toyo Haryono Pahlawan SEA Games 1991 yang Terlupakan

Toyo Haryono | CNN Indonesia
Rabu, 11 Mei 2022 19:00 WIB
Toyo Haryono menjadi pilihan  Anatoli Polosin untuk mengawal lini belakang Timnas Indonesia hingga sukses juara SEA Games 1991.
Toyo Haryono (kanan) sedang berduel dengan Bambang Nurdiansyah. (Foto/Arsip Pribadi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Saya Toyo Haryono, mantan pesepakbola Indonesia era 80-90an. Juara SEA Games 1991 adalah momen terindah dalam karier saya bersama Garuda.

Terpilih sebagai pemain Timnas Indonesia adalah mimpi semua pesepakbola, termasuk saya. Namun butuh pengorbanan dan perjuangan yang panjang untuk mencapainya.

Semula saya hanya seorang bocah yang hobi main sepak bola selepas pulang sekolah. Tak pernah bermimpi untuk menjadi pemain Timnas Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mimpi saya membuncah karena terkesima dengan abang saya masuk PSMS Junior. Masih remaja tapi sudah bisa naik pesawat ke luar kota dengan jaket tim yang rapi.

"Keren banget kalau jadi pemain bola. Bisa terbang naik pesawat ke mana-mana dan pakai jaket tim yang seragam," kata saya dalam hati.

Ternyata doa saya terjawab. Saat usia 12 tahun saya terpilih mewakili tim Deli Serdang untuk tampil di Pekan Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia (POPSI). Bakat saya sepertinya terpantau para pelatih atau legenda sepak bola Sumatera ketika bermain di kejuaraan di Medan.

Dari situ terpilih masuk Diklat Medan. Bangganya bukan main. Saya makin mantap memilih sepak bola sebagai jalan hidup saat terpilih antar diklat se-Indonesia juga masuk ke SKO Ragunan sampai SMA di sana.

Toyo Haryono, mantan bek Timnas Indonesia yang ikut mengantar Indonesia juara SEA Games 1991. (Dok.Pribadi)Toyo Haryono (nomor 6) langganan Timnas Indonesia sejak 18989. (Dok.Pribadi)

Banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapat selama ditempa di Ragunan. Selain latihan terprogram, kami dapat kesempatan ke luar negeri untuk mewakili Indonesia di kejuaraan antarpelajar. Mulai dari Malaysia, Singapura, China, Korea Selatan, juga India.

Tahun 1985 saya juga menjadi salah satu siswa Ragunan yang diberangkatkan ke Jerman. Bisa dibilang ini cikal bakal proyek Baretti atau Primavera.

Bedanya kami berlatih pindah dari satu klub junior Bundesliga seperti Hamburg, Stuttgart, dan Bayern Munchen hampir selama delapan bulan.

Ada beberapa pemain Indonesia yang dilirik tim Bundesliga. Namun regulasi saat itu belum memungkinkan pemain muda Indonesia menjalin kontrak dengan klub Eropa.

Toyo Haryono, mantan bek Timnas Indonesia yang ikut mengantar Indonesia juara SEA Games 1991. (Dok.Pribadi)Toyo Haryono, mantan bek Timnas Indonesia yang ikut mengantar Indonesia juara SEA Games 1991. (Dok.Pribadi)

Tahun 1988 saya juga masuk daftar pemain yang menjalani pemusatan latihan di Jerman, bertepatan dengan Piala Eropa.

Bisa dibilang para siswa Ragunan termasuk saya sudah dilirik klub-klub Galatama. Saat itu kami dianggap sudah layak masuk tim-tim profesional karena postur dan kualitas kita sudah setara pemain-pemain profesional.

Program latihan di Ragunan memang sangat melelahkan karena kami sudah terbiasa melahap program latihan fisik dan teknik secara rutin. Di saat anak seumuran saya bisa bermain ke mana-mana, kami terus digembleng untuk menjadi atlet masa depan.

Banner live streaming MotoGP 2022

Akan tetapi kerja keras saya terbayar ketika dipercaya masuk Timnas Indonesia di SEA Games 1989 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Saya terpilih di menit-menit akhir karena bek senior saat itu, Robby Darwis, tak bisa dimainkan. Kalau tidak salah karena harus menjalani sanksi kartu merah dari event internasional sebelumnya.

Baca lanjutan artikel ini di halaman berikutnya>>>

Iri Materi, Bukan Prestasi

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER