Absennya Robby Darwis jadi berkah tersendiri untuk saya. Mulai dari situ saya rutin masuk Timnas Indonesia di berbagai event hingga menjadi pemain pilar di SEA Games 1991.
Karena sudah terbiasa tambah porsi latihan di SKO Ragunan, saya mampu melahap semua menu latihan yang diberikan pelatih 'gila' Anatoli Polosin.
Banyak pemain muntah-muntah bahkan sampai menangis dibuat Polosin. Bayangkan saja, kami latihan tiga kali sehari seperti jadwal minum obat yang durasinya bisa sampai 3-4 jam. Beberapa pemain senior bahkan memilih kabur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena saya pemain muda dan terbiasa digembleng di Ragunan jadi bisa mengikutinya. Yang bikin saya salut kepada Polosin, dia ikut lari saat latihan fisik bareng pemain.
Selama tiga bulan kami banyak digembleng di daerah pegunungan sebelum Cimahi, Jawa Barat. Kami dipaksa berlari naik turun di kaki pegunungan. Jujur saat itu saya juga kewalahan dan sempat curi-curi kesempatan naik mobil bak yang kebetulan lewat. Hahaha...
Mungkin karena Polosin berasal dari Soviet, gemblengannya keras. Di sana banyak pesepakbola berlatar belakang buruh atau pekerja tambang yang fisiknya bagus-bagus mungkin.
Menurut saya Polosin jeli menganalisa kelemahan pemain Indonesia, yakni soal ketahanan fisik. Makanya program latihan beliau lebih fokus ke masalah fisik. Tapi karena itu pula yang bikin stamina kami stabil di sepanjang turnamen.
Saya tidak tahu persis kacamata Polosin terhadap saya. Yang pasti saya selalu tampil penuh mulai dari babak penyisihan sampai final SEA Games 1991. Tak pernah semenit pun saya dikasih istirahat oleh Polosin.
![]() |
Sebenarnya saya iri juga lihat teman-teman mendapat giliran rotasi. Di lain sisi, saya juga bangga selalu mendapat kepercayaan penuh.
Yang saya ingat di sepanjang turnamen, motivasi dan fisik anak-anak semua dalam kondisi bagus. Jadi etos kerja pemain di lapangan sangat tinggi dan mampu merusak permainan tim lawan.
Kami tidak pernah membiarkan lawan bisa leluasa masuk ke daerah pertahanan. Mungkin itulah yang bikin pemain lawan jadi stres sendiri.
Di laga pertama kami sukses mengganyang Malaysia 2-0. Selanjutnya Vietnam kami kalahkan 1-0, dan Filipina kami hajar 2-1. Kami pun berhak lolos ke semifinal sebagai juara Grup B didampingi Filipina.
![]() |
Di semifinal kami berhadapan dengan Singapura yang saat itu salah satu favorit juara. Pertandingan imbang tanpa gol di waktu normal hingga terpaksa dilanjut ke babak penalti. Kami pun menang 4-2 di akhir laga.
Selanjutnya kami menantang Thailand di partai final. Saya harus jujur kualitas dan teknik mereka saat itu lebih unggul, tapi pertahanan kami solid. Pemain mereka kami bikin kesulitan tembus ke kotak penalti.
Pertandingan pun berjalan alot hingga tak ada gol yang tercipta di waktu normal hingga babak ekstra 2x15 menit. Sekali lagi kami berhasil memenangi drama adu penalti yang menegangkan dengan skor 4-3.
Hampir semua pemain menangis bahagia karena perjuangan keras kami terbayar lunas dengan medali emas. Momen indah saat itu sulit dilukiskan dengan kata-kata.
![]() |
Di situ kami baru sadar, ketahanan fisik jadi modal penting untuk menjadi juara. Kami sanggup bermain 120 menit di dua partai terakhir berkat tangan besi Polosin.
Saya pribadi selalu tambah porsi latihan sendiri untuk menambah stamina. Makanya saya kalau lihat pemain sekarang suka iri.
Tapi hanya sebatas iri materi saja, bukan soal prestasi. Karena faktanya mereka belum mampu membawa Timnas Indonesia berprestasi tapi gajinya gila-gilaan.
Saya sadar betul zaman sudah berbeda. Tapi satu hal yang tak akan berubah adalah cita-cita membawa Merah Putih ke tempat tertinggi.
Untuk adik-adik yang saat ini bertugas di Timnas Indonesia, manfaatkan panggilan dengan penampilan sebaik-baiknya. Jangan pernah mengeluhkan menu latihan fisik dari pelatih. Karena yang kami alami dulu bersama Polosin lebih gila dari kalian.
Semoga kalian bisa membuktikan bahwa mengenakan seragam Timnas Indonesia bukan soal gaji tapi tentang harga diri bangsa. Sekali lagi, semoga kalian bisa menghapus dahaga juara yang belum pernah datang kembali sejak SEA Games 1991.
(jun)