Menghadapi Filipina bukan masalah sepele. Skuad The Azkals bukan lagi lumbung gol di ajang sepak bola seperti beberapa dekade lalu. Timnas Indonesia bahkan sudah pernah menelan kekalahan memalukan, tepatnya pada Piala AFF 2014.
Filipina yang bermodal kekuatan pemain-pemain 'asing' menjadi salah satu lawan yang laik diperhitungkan.
Timnas Filipina U-23 menunjukkan kemajuan level permainan di lapangan hijau pada SEA Games kali ini dengan membungkam Timor Leste empat gol tanpa balas dan menahan imbang Vietnam sebelum kemudian kalah dari Myanmar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Indonesia menghadapi dua lawan yang sama, Filipina jelas lebih baik.
Filipina tak dibobol Timor Leste dan Vietnam, sementara Indonesia kecolongan sekali oleh Mouzinho dan bergantian diberondong Nguyen Tien Linh, Do Hung Dung, serta Le Van Do.
Lini belakang Timnas Indonesia harus berbenah dengan empat gol yang bersarang. Selain itu juga Filipina menunjukkan kemampuan bertahan yang baik.
Indonesia harus menemukan celah di balik tembok kukuh yang dibangun Quincy Kamerrad dan kawan-kawan.
Sementara di sisi lain membongkar pertahanan lawan adalah masalah akut di Timnas Indonesia.
Tanpa mengesampingkan empat gol yang dilesakkan ke gawang Timor Leste, kualitas organisasi serangan Indonesia begitu mencemaskan ketika melawan tim sekelas Vietnam.
![]() |
Mungkin Timnas Indonesia U-23 bisa belajar dari Myanmar yang mampu mengalahkan Filipina. Namun dari dua performa sebelumnya, performa anak asuh Shin Tae Yong agak sulit jika disejajarkan dengan penampilan Myanmar ketika menjungkalkan Filipina.
Tanpa pondasi serangan yang apik, tak ada peluang yang bisa dihasilkan. Selain itu ketika bola sudah mencapai sepertiga akhir lapangan tidak ada sosok juru gedor yang bisa diandalkan. Hal itu berbanding terbalik dengan permainan yang dipertontonkan Myanmar.
Egy, Witan Sulaeman, Irfan Jauhari, Ronaldo Kwateh, dan Saddil Ramdani yang ditempatkan bergantian sebagai pemain depan pada dua laga awal masih belum bisa menunjukkan kapasitas sebagai penyelesai serangan.
Sementara pemain lain yang diharapkan bisa menjadi pemecah kebuntuan, seperti Ricky Kambuaya, Marc Klok, atau Syahrian Abimanyu juga seperti tampil di bawah performa terbaik.
Jika Timnas Indonesia U-23 bisa membangun serangan dengan baik dan mampu melesakkan setiap peluang yang ada, maka peluang kemenangan atas Filipina akan tetap terjaga.
Ditilik lebih jauh maka Timnas Indonesia U-23 pun masih punya kans melaju ke semifinal dan meraih emas pertama di ajang sepak bola SEA Games yang kali terakhir diperoleh pada 32 tahun lalu di masa sosok-sosok seperti Widodo C Putro, Rochy Putiray, dan Aji Santoso masih jadi pemain.
Seandainya Indonesia gagal menjadi juara umum SEA Games 2021, keping emas dari lapangan hijau tetap akan jadi cerita yang menegaskan kehormatan Merah Putih dalam peta sepak bola Asia Tenggara.
(har)