Meneropong Masa Depan Sportainment Lewat Formula E
Publik tinggal menghitung hari jelang penyelenggaraan Formula E Jakarta pada 4 Juni mendatang. Balapan bertajuk Jakarta E-Prix 2022 itu menjadi spesial sebagai ajang adu cepat jet darat bertenaga listrik pertama di Indonesia.
Sejak debut musim perdana pada 2014, Formula E hadir dengan konsep berbeda. Mobil yang dipakai para pembalap seluruhnya menggunakan baterai sebagai pengganti mesin. Alih-alih memakai bahan bakar minyak, mobil Formula E memakai tenaga listrik.
Tak ayal Formula E diklaim sebagai pelopor balapan bertenaga listrik. Harapannya eksistensi Formula E sejalan dengan misi zero emission yang diusung dalam setiap E-Prix.
"Ketika kami memulai Formula E delapan tahun lalu. Tidak ada satupun yang percaya dengan balapan mobil listrik, jujur kami sempat kesulitan untuk menjelaskan apa itu Formula E. Sekarang, delapan tahun kemudian, revolusi sedang terjadi. [Formula E] ini adalah ajang yang tidak akan pernah kita lihat sebelumnya," kata Strategic Event Planning Director Formula E Operations (FEO), Gemma Roura Serra.
Gemma mengatakan aspek sustainability adalah napas dari Formula E. Tak hanya menyajikan 24 pembalap dari 12 tim saling-silang di lintasan, Formula E juga menerapkan balapan ramah lingkungan melalui edukasi konsep smart city hingga daur ulang sampah bagi penonton.
"Kami adalah satu-satunya ajang balapan yang memiliki sertifikat sustainability dari ISO. Formula E adalah wadah untuk mengembangkan seluruh teknologi yang di masa depan akan kita pakai seperti konsep smart city, daur ulang sampah, dan lain-lainnya," ujar Gemma.
"Kami tidak sempurna dan kami tahu itu tapi kami akan terus berusaha maksimal untuk membawa misi ini," sambungnya.
Inovasi menjadi kunci utama bagi sebuah penyelenggara dalam menyukseskan sebuah acara. Formula E menghadirkan sederet ide segar ketika memadukan ajang olahraga dan hiburan dalam satu wadah atau sportainment.
Rata-rata sirkuit Formula E di dunia memiliki panjang sirkuit sekitar dua kilometer. Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC) yang berdiri di Ancol, Jakarta Utara, memiliki panjang lintasan 2,4 kilometer. Langkah itu disebut dapat meningkatkan potensi salip-menyalip antarpembalap.
Formula E juga memperkenalkan attack mode yang merupakan fitur untuk meningkatkan tenaga mobil selama beberapa detik. Cara kerjanya mirip seperti fitur booster dalam video game Crash Team Racing (CTR) untuk menyalip lawan.
Jika ingin mendapatkan attack mode, pembalap harus melewati zona aktivasi yang terletak di beberapa titik sirkuit. Setelah melewati zona tersebut pembalap bisa menekan tombol attack mode yang tersemat di setir dan seketika tenaga mobil meningkat 25kW dari tenaga maksimal mobil Formula E yang berada di angka 225kW.
Mobil yang sedang menggunakan attack mode akan mengaktifkan lampu LED pada bagian Halo mobil yang bisa dilihat penonton.
Keterlibatan penonton secara langsung juga menjadi keunikan tersendiri balapan Formula E dengan fitur Fanboost. Dalam fitur ini penonton bisa melakukan voting pembalap favorit di website Formula E selama perlombaan berlangsung. Pembalap yang paling banyak mendapat voting dari penonton akan mendapat tambahan tenaga pada mobilnya selama beberapa detik.
Vice President Infrastructure Department and General Affairs Jakarta E-Prix 2022 Irawan Sucahyono menjamin penonton akan terhibur dengan kehadiran Formula E di Jakarta. Dengan panjang sirkuit yang terbilang pendek, ia menyebut penonton akan lebih sering melihat pembalap kembali ke titik yang sama di setiap lap.
Lihat Juga : |
"Balapan ini bagaimana caranya membuat semakin menarik. Formula E ini pandai menerapkan teknologi mutakhir dalam setiap balapan. Jadi harus ada tiga aspek yang diutamakan yaitu performance, efficiency dan sustainability," kata Irawan.
"Nanti terlihat saat balapan. Mereka punya attack mode ketika power mobil ditingkatkan secara elektronik untuk overtaking. Sirkuit di Jakarta memungkinkan banyak overtaking. Biasanya overtake itu di trek lurus, tapi di Jakarta di tikungan pun memungkinkan banyak overtake," lanjutnya.
Sementara Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin berpendapat Jakarta E-Prix dapat menjadi momentum dalam mendukung transisi energi pada kendaraan bermotor.
Ia menyampaikan penggunaan kendaraan bermotor konvensional terus meningkat tajam seiring dari tahun ke tahun. Banyaknya peredaran kendaraan berbahan bakar minyak selaras dengan menanjaknya tingkat pencemaran udara.
"Pencemaran udara di Jakarta semakin mengkhawatirkan. Terdapat peningkatan partikel debu berukuran PM10 dan PM2,5 dari tahun ke tahun," kata Ahmad.
Selain pencemaran udara, Ahmad juga menyorot aspek ketersediaan BBM yang semakin terbatas. Jika tak segera muncul tindakan nyata dalam mencari energi terbarukan, lanjutnya, bukan tak mungkin manusia akan kesulitan dalam mencari bahan bakar.
Di satu sisi, ia tak ingin menyalahkan masyarakat yang masih enggan untuk mengganti moda transportasi menjadi kendaraan bertenaga listrik. Sebab rendahnya minat masyarakat terhadap kendaraan listrik bermuara dari biaya kepemilikan yang tinggi.
"Sampai saat ini biaya kepemilikan sebuah kendaraan listrik masih lebih mahal dibandingkan kendaraan konvensional. Perbandingannya, sebuah mobil listrik setidaknya membutuhkan biaya rata-rata Rp5.301/kilometer sementara mobil berbahan bakar bensin rata-rata hanya menghabiskan Rp2.901/kilometer," kata Ahmad.
Ahmad berharap eksistensi Formula E Jakarta dapat menjadi pemicu pemerintah selaku pemangku kebijakan guna membuat regulasi tentang kendaraan listrik.
"Butuh ada subsidi untuk baterai bagi kendaraan listrik. Selain itu perlu juga ada keringanan fiskal atau insentif bagi kendaraan listrik," ucap Ahmad.
(har)