Suara Greysia terdengar bergetar. Tiap kata yang dilontarkan tentu selaras dengan momen-momen yang ia lewati dan segala pencapaian yang telah ia dapatkan.
"Perjalanan selama 30 tahun itu sangat tidak mudah, tidak jarang saya merasa letih dan betul-betul tidak ingin melanjutkan. Tetapi kasih dan cinta dari Indonesia terus memberikan saya kekuatan," kata Greysia di hadapan publik Istora.
Tangis Greysia akhirnya benar-benar pecah ketika ia melakukan victory lap. Dengan membawa bendera Indonesia di punggungnya, Greysia melambaikan tangan pada penggemar, bersalaman dengan rival-rivalnya di lapangan, hingga berpelukan dengan orang-orang tersayang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari Minggu, 12 Juni 2021, air mata Greysia mengalir.
Ada air mata haru karena ia harus meninggalkan lapangan badminton, arena pertarungan yang telah ia tekuni selama 30 tahun.
Ada air mata bahagia karena ia bisa mengakhiri kariernya tanpa penyesalan, mengalahkan rintangan yang membuatnya sempat ingin menyerah di tengah jalan.
Air mata yang jatuh di Istora hari itu, tentu bukan hanya air mata milik Greysia semata. Ada banyak air mata lain yang berjatuhan di Istora, campuran antara air mata haru dan bahagia.
Dan pastinya air mata untuk Greysia bukan hanya hadir di Istora, melainkan juga di berbagai penjuru di Indonesia dari mereka-mereka yang menyaksikan momen bersejarah tersebut lewat layar kaca.
Minggu, 12 Juni 2022, Indonesia resmi melepas salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki, Greysia Polii.
(ptr/nva)