Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Akhmad Hadian Lukita menyebut punya data sahih mengapa pertandingan malam tak bisa dihapus dalam Liga 1 2022/2023.
Menurut Lukita ada pergeseran budaya menonton masyarakat Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, pertandingan malam hari disebut lebih menyedot penonton lebih banyak dibanding pertandingan pada siang hari.
"Tidak bisa dipungkiri broadcast berperan. Kami dapat data sahih, penonton malam lebih banyak. Jam segitu, penonton sudah sampai di rumah. Ini perkembangan zaman juga, sekarang jam segitu pulang kerja," kata Lukita, Rabu (13/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi kami juga meminta kompromi jangan terlalu sering main malam. Kalau mau diikuti semua, ya mainnya jam 11 malam. Lumrah bukan membenarkan. Ada klub yang kami akomodir. Kami sering mengubah seperti di musim lalu. Kan ini kami harus mengunci dulu, kalau tidak dikunci bergerak terus," ujarnya.
Dari 34 pertandingan musim ini, Persija menjadi klub tersering tampil malam, yakni 28 kali. Klub kedua yang tersering main malam adalah Persib, yaitu 27 kali. Namun jumlah ini tak termasuk laga pekan ke-32, 33, dan 34.
Lukita menjelaskan, bahkan ada tim yang sengaja meminta untuk main malam. Permintaan itu lantas diuji dengan data musim sebelumnya. Menurut Lukita sejumlah klub menunjukkan peningkatan rating penonton saat main malam.
"Kami tak bisa memungkiri Persija atau Persib banyak penontonnya main malam. Ada juga yang main sore klub malah minta main malam. Sekarang ada klub baru yang patut diperhitungkan, kami berharap semua naik sehingga kualitasnya merata," ujarnya.
Soal jadwal pertandingan yang semuanya menggunakan waktu Indonesia Barat (WIB) hanya acuan. Nantinya ada kemungkinan waktu kick off menyesuaikan waktu di lokasi pertandingan berlangsung. Jadi, tidak melulu berpatokan pada WIB.
Direktur Operasional PT LIB, Sudjarno menjelaskan bahwa pembahasan jadwal kompetisi sudah berlangsung lama. Sudjarno membeberkan, sebelum Piala Presiden 2022 dimulai, jadwal sudah rampung. Karenanya pelaksanaan Piala Presiden tak jadi penghalang.
"Jadwal sudah dirancang jauh hari sebelum Piala Presiden. Itu tidak mudah. Panjang perjalanannya. Mapping agenda FIFA, agenda AFC, AFF, agenda Timnas Indonesia. Kearifan lokal (hari libur) dapat kemudian draft jadwal yang kami kirim," kata Sudjarno.
"Kami minta masukan ke klub, ada 9 yang memberi masukan. Kami sudah sampaikan ke klub ini 100 persen tidak bisa diakomodir. Jadwal itu luar biasa ketika satu berubah akan ada efek dominonya. Lalu dapatlah jadwal yang final sekarang," katanya.
(abs/jal)