Pemegang Hak Siar Liga 1 Soal Laga Malam yang Diprotes: Masih Oke
Direktur Program dan Produksi SCM selaku pemegang hak siar Liga 1 2022/2023, Harsiwi Achmad menjelaskan alasan mengapa pertandingan malam tetap digelar meski diprotes.
"Kalau menurut saya dalam menayangkan sepak bola ada namanya diskusi bersama antara broadcast dengan penyelenggara yaitu LIB atau PSSI. Apa yang kami lakukan tak menyalahi apapun," kata Harsiwi, Sabtu (23/7).
"Makanya dalam hal ini PSSI dan LIB juga nggak apa-apa karena memang harus diskusi. Karena industri sepak bola harus maju bersama, saling menyesuaikan. Kami di TV juga harus sesuaikan dengan aturan yang ada," ucapnya.
Menurut Harsiwi, sebelum jadwal pertandingan malam hari dipatenkan, PSSI dan LIB bersama klub melakukan diskusi. Pihak pemegang hak siar memberikan data dan fakta tentang situasi penyiaran.
Ia mengambil contoh Piala Dunia 2022. Biasanya Piala Dunia selalu berlangsung pada tengah tahun. Namun untuk tahun ini yang berlangsung di Qatar dilaksanakan pada akhir tahun karena beradaptasi dengan cuaca.
"Artinya dalam mengembangkan industri harus sama-sama. Memang harus ada penyesuaian seperti itu. Belum lagi sepak bola Eropa harus sesuaikan jam di China. Tapi, yang penting adalah tak menyalahi aturan jam orang olahraga."
"Jadi Liga 1 tayang 20.30 WIB itu tak menyalahi apa-apa, masih oke, masih boleh secara kesehatan. Jadi apa yang dilakukan PSSI dan LIB tak apa apa. Kan boleh," ujarnya menjelaskan.
Alasan lainnya, menyesuaikan dengan waktu salat umat muslim. Pihak pemegang hak siar ingin jadwal pertandingan malam berlangsung setelah salat Isya. Ini dianggap sebagai sikap toleransi dan saling menghargai.
"Kenapa 20.30? Salah satunya harus sesuaikan jadwal pertandingan. Yang kedua kita negara muslim, kami ingin memberikan waktu penonton salat dulu," ucap wanita berambut ikal tersebut.
"Lalu, jam tujuh dan delapan di sekitar lapangan ada yang suara-suara masjid atau azan. Nah itu merupakan pertimbangannya juga. Intinya kalau nggak salahi aturan kesehatan tak masalah," ujarnya memungkasi.
Soal alasan mengapa dominan tim-tim besar seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, dan Arema FC yang dominan main malam, juga ditimbang matang. Intinya demi kebaikan bersama.
"Sebenarnya sama saja ya. Sponsor juga kan pasti maunya main malam. Makanya kita saling kerja sama, tapi kita ngobrol juga sama LIB, jadi saling terbuka, semua orang dapat benefit, industri bola maju, penonton di rumah bisa terhibur dengan baik. Begitu juga di lapangan," katanya.