Jakarta, CNN Indonesia --
Shin Tae Yong ingin kompetisi benar-benar jadi kawah candradimuka pemain Timnas Indonesia. Karenanya ia mendorong pemain muda dapat jam terbang di Liga 1.
Pada pekan pertama Liga 1 2022/2023, pemain muda lumayan dapat panggung. Meski tak ada regulasi khusus soal pemain U-23, klub secara sadar memberi jam terbang pemain yang dianggap siap mentas.
Dari 18 klub Liga 1, hanya tiga klub yang tidak menurunkan pemain U-23. Mereka itu adalah PSS Sleman, Madura United, dan Bali United. Total ada 36 pemain U-23 yang telah tampil di Liga 1 2022/2023.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari jumlah itu, Zanadin Fariz menjadi yang termuda. Pemain Persis Solo ini starter dan tak diganti selama 90 menit. Sayang debut resminya dalam kompetisi kasta tertinggi berakhir dengan kekalahan.
Pemain kedua dengan usia termuda adalah Ananda Raehan Alief. Pemain PSM Makassar ini tampil sebagai pengganti pada menit ke-82 saat Juku Eja menang 2-1 atas PSS.
Jumlah 36 pemain muda tampil di pekan perdana liga ini sekaligus jadi sejarah. Sejak era Liga 1 pada 2017, belum pernah begitu banyak pemain muda dapat kesempatan tampil dari pelatih di pekan pertama.
Ini berbeda dengan situasi saat ada regulasi wajib menurunkan pemain U-23 pada 2017. Ketika itu setiap klub wajib memainkan minimal tiga pemain U-23 demi terciptanya bibit Timnas yang melimpah.
Artinya pula bahwa kualitas pemain muda semakin bersaing. Para pelatih dengan sadar ikut mengorbitkan pemain. Kritik bahwa pelatih klub anti-pemain muda secara perlahan dijawab dengan bukti.
Kekhawatiran Shin pemain Timnas Indonesia tak dapat jam terbang, untuk sementara tak terbukti. Dari 29 pemain Timnas Indonesia dan U-23, 22 di antaranya tampil pada pekan perdana.
Hanya tujuh pemain yang absen, yang itu pun karena sedang dalam masa proses penyembuhan cedera. Artinya pula para pemain Timnas pilihan Shin jadi tulang punggung klub di musim ini.
Namun bukan berarti pula hanya pemain itu-itu saja yang akan dipanggil Shin ke Timnas Indonesia. Pelatih asal Korea Selatan itu menolak istilah anak emas dan membuka persaingan dengan terbuka.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>
Timnas Indonesia rencananya akan dibentuk kembali pada September mendatang. Dengan kata lain ada waktu dua bulan menuju waktu pertandingan uji Timnas Indonesia di FIFA Matchday.
Saat ini Shin memang sedang cuti. Akan tetapi pelatih asal Korea Selatan itu tak benar-benar libur. Ia tetap menyaksikan sepak bola, baik Liga Korea maupun Liga Indonesia.
Para asisten Shin pun diminta memelototi setiap pertandingan yang berlangsung. Mereka diminta mencatat pemain-pemain yang tampil mentereng dan konsisten di kompetisi.
Karena September nanti adalah ajang uji coba, tak menutup kemungkinan pemain yang tampil bagus di liga dapat panggilan. Inilah sarana bagi Shin mencari pemain yang sesuai keinginannya.
Sejak menangani Timnas Indonesia pada awal 2020, Shin sudah memanggil ratusan pemain. Dari ratusan itu hanya beberapa nama yang tak pernah terlewat. Salah satunya pemain yang bermain di luar negeri.
Shin meyakini bahwa pemain yang tampil di luar negeri punya kualitas mumpuni. Mereka merepresentasikan bakat pemain Indonesia, sehingga selayaknya dipanggil memperkuat tim Garuda.
Beberapa posisi yang kerap dikeluhkan Shin adalah bek tengah, gelandang, dan striker. Menurut Shin, salah satu alasan tak banyak pemain berkualitas di posisi ini karena di liga pemain asing menjajah.
Hampir setiap klub mendatangkan striker, gelandang, dan bek asing. Dampaknya pemain lokal di posisi ini tak bisa bersaing optimal. Karena jam terbang minim naluri juga ikut terkikis.
 Shin Tae Yong dan tim pelatih bakal benar-benar mengawasi Liga 1 demi pemanggilan skuad Timnas Indonesia untuk FIFA Matchday September. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono) |
Ini hambatan sekaligus tantangan. Bagi pemain berposisi bek, gelandang, dan striker, Liga 1 2022/2023 adalah bukti bahwa pemain lokal tak akan kalah kualitas dengan asing.
Jika pun memang kalah, proses membuat mereka semakin matang dan akhirnya setara. Inilah yang diinginkan Shin. Dia dengan terbuka mengkritik pemain agar terketuk untuk meningkatkan kapasitas diri.
Satu jaminan Shin, tak ada anak emas di Timnas Indonesia. Semua pemain punya kesempatan yang sama untuk dipanggil. Tentu saja Shin punya ukuran dan kalkulasi serta hak prerogatif untuk memanggil pemain.
[Gambas:Video CNN]