Jakarta, CNN Indonesia --
Cristiano Ronaldo benar-benar ngotot dari Manchester United meski pelatih dan manajemen ingin mempertahankannya. Berikut tiga alasan masuk akal yang jadi pemicunya.
Tak lama setelah Erik ten Hag diumumkan sebagai pelatih anyar Man Utd, Ronaldo gerak cepat meminta izin pergi dari klub meski kontraknya masih menyisakan satu tahun lagi.
Ten Hag mengaku ingin mempertahankan sang pemain karena masuk dari rencana besarnya. Namun, pelatih asal Belanda itu tak menggaransi sang megabintang tampil reguler di usia 37 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengoleksi lima Ballon d'Or tersebut masih yakin bisa tampil di level tertinggi hingga tiga atau empat tahun mendatang dan berencana pergi dengan berbagai alasan masuk akal baginya.
Berikut 3 alasan realistis Ronaldo ngotot cabut dari Man Utd:
Main di Liga Champions
Ronaldo berkali-kali menegaskan masih ingin tampil di Liga Champions yang diyakini sebagai kompetisi paling antarklub paling bergengsi.
CR7 memang punya DNA juara Liga Champions dengan koleksi lima trofi. Gelar Liga Champions pertama Ronaldo diraih bersama Man Utd pada 2008 dan empat trofi lainnya direbut bersama Real Madrid.
Meski tak lagi muda, Ronaldo masih percaya diri dengan kualitas dan kebugaran yang dimiliki. Modal itulah yang membuatnya yakin masih mampu merebut Liga Champions di pengujung kariernya.
Ambisi Ronaldo juara Liga Champions tak bisa disanggupi Man Utd yang musim ini hanya mentas di Liga Europa yang notabene adalah kasta kedua kompetisi klub Benua Biru.
Baca lanjutan artikel ini di halaman berikutnya>>>
Ogah Jadi Pemain Cadangan
Ronaldo menjadi salah satu pemain yang paling banyak mengoleksi gelar bergengsi di sepanjang kariernya. Ia juga tercatat sebagai pemilik Ballon d'Or lima gelar Ballon d'Or.
Prestasi gemilang di masa lalu membuat Ronaldo takut jadi pemain cadangan di bawah arahan Erik ten Hag. Pelatih asal Belanda itu dikenal gemar mengorbitkan para pemain muda yang punya kemampuan bertahan dan menyerang sama baiknya.
Ronaldo jelas bukan tipikal penyerang yang rajin membantu pertahanan. Ia punya keunggulan untuk merusak pertahanan lawan namun tak begitu disiplin dalam bertahan.
Di usianya yang tak lagi muda, Ronaldo memilih tampil lebih efisien dan fokus cetak gol ke gawang lawan. Tak jarang ia hanya menunggu umpan dari rekan setim ketimbang ikut bertahan.
Yang pasti, Ronaldo tak mau jadi pemain cadangan mati ketika Ten Hag datang. Musim lalu ia pernah bersitegang dengan pelatih interim, Ralf Rangnick, yang mencoba menepikannya di bench.
Butuh Laga Kompetitif Jelang Piala Dunia 2022
Ronaldo masih berambisi membawa timnas Portugal menjadi juara Piala Dunia 2022 di Qatar. Ini menjadi satu-satunya gelar prestisius yang belum pernah dicicipi sang megabintang.
Kekasih Georgina Rodriguez itu sudah merasakan seluruh gelar bergengsi di level klub. Namun, ia berkali-kali gagal mengantar Portugal juara Piala Dunia.
[Gambas:Photo CNN]
Prestasi terbaik Ronaldo bersama Portugal adalah juara Piala Eropa 2016 dan UEFA Nations League 2019. Namun, piala tersebut tak lengkap tanpa trofi Piala Dunia.
Untuk mewujudkan ambisinya, Ronaldo membutuhkan laga kompetitif agar tak kehilangan sentuhan ketika mentas di Piala Dunia. Ia harus bermain secara reguler agar bisa tampil di puncak performa.
[Gambas:Video CNN]