3 Alasan Pelatih Klub Liga 1 Rawan Pecat

CNN Indonesia
Jumat, 26 Agu 2022 11:53 WIB
Panas persaingan Liga 1 membuat posisi pelatih rawan dipecat. (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)
Jakarta, CNN Indonesia --

Baru sebulan lewat tiga hari Liga 1 2022/2023 bergulir, lima pelatih telah gugur. Mengapa begitu mudah pelatih-pelatih tersebut dipecat atau mundur?

Kepergian lima pelatih ini menjadi rekor dalam era Liga 1. Sejak 2017, baru kali ini perpisahan pelatih dengan klub pada awal musim merupakan yang tertinggi sekaligus mengalahkan rekor sebelumnya pada musim 2019.

Pada musim ketiga Liga 1 tersebut empat pelatih dipecat pada Juni dan satu pelatih pada Juli. Jika dihitung sejak kick off kompetisi hingga pemecatan pelatih kelima memakan waktu satu bulan 23 hari.

Pelatih pertama yang tumbang dalam Liga 1 2022/2023 adalah Robert Rene Alberts dari Persib Bandung. Terbaru pelatih Barito Putera, Dejan Antonic yang terpaksa ditendang manajemen klub.

Jika melihat persaingan kompetisi musim ini, bukan tak mungkin dalam waktu dekat ada lagi pelatih yang dipecat. Hingga pekan keenam setidaknya ada tiga pelatih yang sudah diultimatum.

Ketiga pelatih tersebut adalah Eduardo Almeida bersama Arema FC, Nil Maizar dengan Dewa United, dan Rahmad Darmawan di Rans Nusantara FC. Utamanya Almeida telah ditekan fans untuk mundur.

Mengapa banyak klub mudah bercerai dengan pelatihnya pada awal musim? Berikut tiga alasan kemungkinan hal tersebut terjadi, yang diamati berdasarkan pola dan tanda sebelum adanya pengumuman perpisahan.

Tekanan Fans

Dalam banyak kasus, mundur atau dipecatnya pelatih sering berawal dari tekanan fans klub. Saat suporter semakin gencar menekan pergantian pelatih, kebanyakan klub tak punya posisi tawar.

Selama era Liga 1 cara menekan klub pun makin mudah. Pertama lewat aksi memainkan tanda pagar (tagar) di media sosial. Kedua dengan membuat pernyataan tak akan hadir di stadion jika pelatih tak diganti.

Sebelum era media sosial, fans biasanya menyampaikan protes lewat spanduk di stadion atau mengganggu waktu latihan tim yang bertujuan memberi tekanan mental ke pelatih.

'Intervensi' semacam ini masih dilakukan sejumlah klub, umumnya eks-perserikatan yang memiliki basis massa besar. Namun demikian pola bergerilya di media sosial jadi cara kekinian yang terbilang cukup ampuh.

Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>

Kontras Isi Kontrak dan Prestasi


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :