TESTIMONI

Wynne Prakusya: Ratu Tenis yang Menolak Taiwan dan Singapura

Wynne Prakusya | CNN Indonesia
Rabu, 31 Agu 2022 19:13 WIB
Wynne Prakusya mewakili wajah Indonesia dalam dunia tenis putri dunia pada 1990-an hingga 2000-an dan pernah mendapat tawaran dari negara lain.
Wynne Prakusya pernah menembus peringkat 100 besar dunia pada awal 2000-an. (AFP/JAY DIRECTO)

Saya tertarik dengan tenis dari usia enam tahun karena orang tua saya suka main tenis. Kebetulan di rumah saya juga ada lapangan tenis, dari situ saya sering lihat orang tua bermain tenis.

Saya anak kedua dari tiga bersaudara dan kakak saya lebih dulu main tenis. Kemudian saya ikut-ikutan. Sebenarnya hobi saya dulu itu menari seperti perempuan pada umumnya.

Saya suka pentas. Nah waktu pentas di depan Wali Kota Solo saya senang karena masuk televisi. Dari dulu memang saya bercita-cita masuk tv.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena motivasi saya ingin masuk tv itulah orang tua saya bilang daripada menari lebih baik main tenis saja. Uangnya banyak, terkenal, masuk tv setiap hari. Kalau nari cuma sebentar saja masuk tv-nya.

Saya akhirnya coba main tenis. Saya juga suka diajak nonton tenis. Waktu itu saya sangat suka nonton pertandingan Steffi Graf dan Monica Seles. Mereka berdua itu idola saya yang akhirnya membuat saya mau mencoba bermain tenis. Walaupun saat itu saya bermain tenis yang penting bisa masuk tv.

Kemudian kakak saya minta ditemani dari Solo untuk ikut turnamen tenis di Jakarta. Saya ikut tanding walau masih malas-malasan main tenis. Ternyata tidak disangka-sangka saya juara saat masih 10 tahun. Meski saya tidak serius, saya banyak menjuarai turnamen tenis.

Bahkan karena peringkat nasional saya cukup tinggi saya dapat panggilan Training Camp (TC) oleh PELTI. Waktu itu tim tenis Indonesia dilatih pelatih dari Ceko. Dia yang melatih Helena Sukova, petenis yang pada masanya sangat terkenal.

Indonesian tennis player Angelique Widjaja (R) gives the thumbs-up with her teammate Wynne Prakusya (2nd R), Sandy Gumulya (L) and team captain (2nd L) in front of a national flag just after their victory against China during the Fed Cup Asia/Oceania qualifying Group 1 tournament 26 April 2003. Indonesian defeated China 2-1 to advance to the play-off for the Fed Cup World Group in July.     AFP PHOTO/Toru YAMANAKA (Photo by TORU YAMANAKA / AFP)Wynne Prakusya (kedua dari kanan) bersama Angelique Widjaja (kanan) dan Sandy Gumulya (kiri) ketika membela Indonesia di ajang Piala Fed. (AFP/TORU YAMANAKA)

Saya terpilih dari 20 anak yang dipanggil TC. Kemudian saat dikerucutkan lagi menjadi empat saya terpilih lagi. Malahan kakak saya tidak terpilih. Dari situ orang mulai tahu bahwa ternyata Wynne itu berbakat, berprestasi, meski awalnya malas-malasan. Dari situ saya merasa mungkin cita-cita saya mau masuk tv bisa terjadi nih dari tenis.

Kemudian saya dikirim ke Ceko untuk berlatih di sana selama dua tahun dengan mengikuti berbagai kejuaraan. Prestasi saya di sana cukup bagus. Saat usia 13 tahun saya sudah main di Grand Slam French Open Roland Garros.

Mungkin saya adalah pemain paling muda yang main di Grand Slam saat itu. Setelah di Ceko, saat 15 tahun saya dikirim ke Florida selama satu tahun. Saya masuk tim elite Nick Bollettieri bareng Anna Kournikova dan beberapa pemain tenis peringkat 50 dunia. Pokoknya saya bareng pemain-pemain WTA.

Kemudian prosesnya cepat sekali sampai akhirnya main di PON 1996. Waktu itu saya juga menjadi petenis termuda di PON. Saya berhasil masuk final dan bertemu mbak Yayuk Basuki.

Saat itu siapa yang tidak tahu Yayuk Basuki. Hampir semua anak SD di Indonesia mungkin tahu Yayuk Basuki karena namanya masuk pelajaran olahraga. Pertandingan lawan Yayuk Basuki itu menjadi pertandingan yang luar biasa banget, pengalaman yang tidak bisa saya lupakan.

Apalagi saya masuk TV, bahkan pertandingan itu disiarkan langsung selama satu jam penuh. Dari situ motivasi saya semakin meningkat dan saya terus bawa nama Indonesia di berbagai kejuaraan internasional bersama mbak Yayuk hingga jadi petenis profesional.

Banner Testimoni

Saya pernah menjadi finalis Australia Terbuka. Kemudian saya pernah tembus perempat final Wimbledon Junior. Saat itu di level junior ranking terbaik saya itu menembus posisi ke-13 peringkat dunia.

Saya juga pernah dapat tawaran untuk pindah kewarganegaraan. Seperti ada tawaran dari Singapura dan Taiwan. Kebetulan partner saya juga ada dari Taiwan. Dia nawarin saya.

Kebetulan dulu senior saya juga ada yang bela Taiwan yaitu Benny Wijaya. Cuma tawaran itu saya tolak dan tetap pilih Indonesia. Karena keluarga saya juga tinggal di Indonesia dan tetap Merah Putih di dada.

(rhr/har)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER