Aremania: 15 Menit Akhir Pintu Biasanya Dibuka, Ini Kenapa Ditutup?

CNN Indonesia
Senin, 03 Okt 2022 13:42 WIB
Salah satu suporter Arema, Luki, menyebut biasanya 15 menit sebelum pertandingan usai pintu Stadion Kanjuruhan sudah dibuka. Aremania cerita kronologi tragedi Kanjuruhan. (AFP/STR)
Malang, CNN Indonesia --

Luki (24), salah satu suporter Arema tampak lesu kala harus mengingat kembali tragedi kelam yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) malam lalu. Ia juga mempertanyakan kenapa pintu Stadion Kanjuruhan masih tertutup di 15 menit akhir pertandingan.

"Terlalu kelam kalau diceritakan," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Minggu (2/10) malam.

Sambil memegang sebatang rokok, Luki mengungkapkan bahwa dirinya tak pernah membayangkan kejadian seperti itu bisa terjadi.

Kala itu, ia melihat banyak orang berusaha menyelamatkan diri usai aparat menembakkan gas air mata ke arah tribune penonton. Terutama, para penonton perempuan dan anak-anak.

Namun, kata Luki, upaya menyelamatkan diri dengan bergerak arah pintu keluar stadion justru membuat mereka berdesak-desakan, terjatuh, dan terinjak oleh suporter lainnya.

"Kan pada menyelamatkan diri, jadi di situ banyak yang jatuh, berdiri, keiinjak lagi," ujarnya.

Bahkan Luki menceritakan salah satu rekannya sempat berupaya menyelamatkan seorang perempuan saat kericuhan terjadi. Namun, nahas, perempuan itu justru menjadi salah satu korban meninggal dalam insiden ini.

Ia juga mempertanyakan soal alasan penutupan pintu stadion. Padahal, lanjutnya, 15 menit sebelum pertandingan usai, pintu biasanya sudah dibuka.

"Logikanya kenapa harus ditutup, biasanya sebelum pertandingan selesai 15 menit itu sudah dibuka semua, jadinya kan pada berebut menyelamatkan diri," tuturnya.

Luki menyebut tak ada satupun Aremania yang menginginkan tragedi ini terjadi. Ia tak menampik jika suporter juga menjadi pemicu hingga akhirnya aparat kepolisian pun mengambil tindakan menembak gas air mata.

Namun ia menyayangkan sikap aparat yang menurutnya terlalu berlebihan. Sebab aksi pemukulan oleh aparat juga dilakukan sebelum tembakan gas air mata terjadi.

"Di bawah itu sudah anarkis sampai mukul tongkat, sudah terjatuh harusnya enggak usah dipukul," ucap Luki.

[Gambas:Video CNN]

Luki menyebut tindakan aparat keamanan yang sedemikian rupa justru memancing kemarahan para suporter.

"Semakin beringasnya aparat, malah memancing emosi dari suporter," kata dia.

Lebih lanjut, Luki berharap ke depannya para Aremania bisa lebih dewasa sehingga tragedi tak terulang kembali. Di lain sisi, aparat keamanan juga diharapkan lebih menahan diri saat menghadapi kerusuhan.

"Harapan saya sendiri ya suporter bisa lebih dewasa, aparat penegak hukum menahan diri juga, kalau sudah mengeluarkan gas air mata dan itu ke tribune gimana ya, enggak semua suporter ingin seperti itu," kata Luki.

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, terjadi usai kekalahan 2-3 Arema FC versus Persebaya, Sabtu (1/10) malam.

Banner live streaming MotoGP 2022

Insiden disebut bermula saat suporter Arema memasuki lapangan karena tak terima dengan hasil pertandingan yang memenangkan Persebaya. Insiden itu direspons polisi dengan mengadang dan menembakkan gas air mata.

Gas air mata itu ditembakkan tidak hanya kepada suporter yang memasuki lapangan, tetapi juga ke arah tribune penonton yang kemudian memicu kepanikan suporter.

Berdasarkan data terbaru, Menteri Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan bahwa total korban yang meninggal dan terluka akibat tragedi Kanjuruhan mencapai 448 orang dengan 125 orang di antaranya meninggal dunia.

(dis/rhr)
Lihat Semua
SAAT INI
BERITA UTAMA
REKOMENDASI
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
LIHAT SELENGKAPNYA

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TERPOPULER