Dua kisah terkait regulasi membuat Timnas Indonesia tak beruntung selama 2022. Pertama saat Piala AFF U-19 2022 dan kedua di Kualifikasi Piala Asia U-20 2023.
Ketidakpahaman akan regulasi membuat strategi yang diterapkan jadi kurang tepat. Dampaknya pada performa tim yang berujung kerugian. Kesempatan menambah jam terbang pemain melawan tim-tim lebih kuat pun sirna.
Saat Piala AFF U-19 2022, Shin Tae Yong dan PSSI tampak tidak memahami regulasi kejuaraan. Hal ini memantik perdebatan dari pelatih dan federasi. PSSI bahkan sampai meminta AFF menerapkan regulasi baru mulai edisi berikutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun di Kualifikasi Piala Asia U-17 2023, tim pelatih salah membuat perhitungan. Padahal sejak awal sudah ditetapkan bahwa nantinya hasil pertandingan dengan tim terbawah klasemen tak akan dihitung untuk mencari runner up terbaik.
Indonesia U-17 yang mengawali kiprahnya di ajang ini dengan melawan tim lemah malah tampil dengan kekuatan penuh, Guam. Bima Sakti memasang pemain utama sehingga menang 14-0. Sebelumnya Guam kalah 0-9 dari Palestina.
Bima pun mengaku salah menerapkan rotasi. Menurutnya laga melawan Guam tidak dijadikan sarana memberi menit main kepada pemain yang tak banyak mendapat jam terbang. Bima menilai ini sebagai murni kesalahannya.
Kemenangan 14-0 pun akhirnya tak berguna. Hasil ini tak dihitung dalam pencarian enam tim runner up terbaik. Dampaknya Indonesia malah minus tiga gol, karena dilumat Malaysia dengan skor 1-5 di laga pemungkas.
Pada saat yang sama PSSI bisa menjadi pelopor reformasi. Inilah saat yang tepat untuk mereformasi regulasi AFC. Konsep pembagian grup harus lebih merata dan tak ada lagi hasil pertandingan yang dihapuskan.
![]() |
Dalam kualifikasi kali ini misalnya, dari 10 grup ada empat grup yang terdiri dari lima tim dan enam grup lainnya terdiri empat tim. Grup yang terdiri dari empat tim ini jadi punya waktu pemulihan lebih baik.
Padahal bisa saja AFC membagi grup menjadi 11, sehingga pencarian runner up terbaik hanya lima dan bukan enam. Istilahnya buat apa menggelar laga jika pada akhirnya hasil dari pertandingan tersebut tidak dianggap.
Terlepas dari itu regulasi tak pantas jadi kambing hitam. Ia harus dipelajari sebaik mungkin sebelum pertempuran. Sebelum itu lagi sudah saatnya PSSI menggugat kebijakan hasil lawan tim termudah tak dianggap. Ini kurang fair play.
(jun)