Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Malang Nazarudin Hasan memastikan puluhan botol yang diduga minuman keras temuan polisi di Stadion Kanjuruhan adalah obat hewan ternak.
Nazar menyebut hal itu dapat ia pastikan setelah dia mendapati foto botol-botol miras yang ditemukan polisi itu, beredar di sejumlah media massa.
"Kalau botol-botol di foto itu yang beredar dan di video itu, saya pastikan itu bukan miras. Itu obat untuk penyakit mulut dan kuku ternak, PMK," kata Nazar saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Rabu (12/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nazar kemudian menceritakan, cairan berwarna hitam yang ada di dalam botol itu adalah obat PMK racikan pemuda Kasembon, Malang yang mengikuti program Pemuda Pelopor dari Kemenpora.
"Itu waktu Pemuda Pelopor kami mengikuti lomba nasional, itu ada [peserta] Pemuda Pelopor di Kasembon. Kami mengikuti bidang bidang pangan, dia pelopor di bidang ternak kambing," ucapnya.
Singkat cerita peserta dari Kasembon itu lolos uji nasional. Dan produk obat racikan mereka mendapatkan perhatian dari Kemenpora.
"Karena itu lolos uji nasional, tim dari Kemenpora turun di Kasembon. Salah satu temuan Pemuda Pelopor ini mereka meracik sendiri ramuan itu dinamakan Eco Enzim," ujar dia.
Kemenpora pun meminta Dispora Malang untuk mengirimkan produk anak-anak muda Kasembon itu ke Jakarta. Tapi hal itu urung dilakukan lantaran mengalami kendala dalam pengiriman. Ekspedisi yang menolak karena yang dikirimkan adalah benda cair.
Dua dus berisi botol-botol obat hewan ternak itu akhirnya dikembalikan ke kantor Dispora Malang, yang letaknya memang berada di Stadion Kanjuruhan.
Oleh anak buahnya, dua kardus Eco Enzim itu kemudian ditaruh di bawah meja resepsionis di lantai satu. Resepsionis itu, bila hari biasa digunakan mereka sebagai fasilitas kantor Dispora. Tapi jika hari pertandingan Arema FC, resepsionis itu termasuk fasilitas yang disewakan ke Singo Edan.
"Akhirnya dibawa lagi pulang, tapi tidak dinaikkan di lantai dua [kantor], karena kalau resepsionis itu hari biasa kami pakai untuk resepsionis kantor, ketika itu Arema main itu ikut disewa sama Arema. Itu termasuk tanggung jawabnya," ucapnya.
Hingga akhirnya, saat hari kejadian, dua kardus itu tetap berada di bawah meja resepsionis. Ia pun tak tau menahu mengapa foto botol-botol itu kemudian beredar di media dan dianggap sebagai miras.
"Sampai kejadian malam itu, setelah stadion agak landai, mabes turun, polda juga turun didapatlah itu, difoto dan divideo," katanya.
Ia pun berani menjamin bahwa botol-botol itu tak berisi miras. Cara pembuktiannya, ia mempersilakan pihak berwajib melakukan uji laboratorium.
"Saya pastikan bukan miras, diuji lab pun boleh dan orang yang meracik sama Pemuda Pelopor itu pun boleh diperiksa," ucapnya.
Nazar pun mengaku sudah menghubungi anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), Doni Monardo. "Itu saya ada tanggung jawab moril, karena di video itu juga muncul Dinas Pemuda dan Olah Raga. Akhirnya saya telepon Pak Doni Monardo untuk klarifikasi," ujarnya.
Kendati demikian, pernyataannya ini bukanlah untuk membantah temuan polisi soal dugaan miras di Kanjuruhan. Bisa saja, kata dia, aparat memang mendapati ada botol lain di dalam stadion, selain botol-botol obat PMK yang disimpan Dispora.
"Sekarang kan macam-macam isu seliweran, ya bisa saja [polisi menemukan miras], saya tidak menampik, barangkali benar polisi menemukan miras di dalam stadion," pungkasnya.