WAWANCARA EKSKLUSIF

Menpora: Badminton Identitas Bangsa Indonesia

CNN Indonesia
Jumat, 28 Okt 2022 07:56 WIB
Menpora Zainudin Amali memberikan pandangan dan tanggapan tentang perkembangan badminton, kesulitan dana klub-klub, dan regenerasi di masa depan.
Klub-klub terus beroperasi sepanjang tahun mencari bibit-bibit muda potensial. (CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim)

Untuk meniti karier jadi atlet, biasanya pendidikan jadi tersampingkan. Bagaimana menurut Anda?

Memang harus seimbang, tapi sekolah yang harus menghampiri siswa. Itulah alasan UNJ yang dekat dengan tempat latihan. Begitu juga di Universitas Negeri Padang. Jadi kami manfaatkan perguruan tinggi yang dulunya IKIP.

Atlet tidak akan dicampur dengan siswa reguler. Saya pernah berkeliling ke sekolah olahraga dan bertanya ke siswa, dia jawab belajar Geografi. Menurut saya itu tidak nyambung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atlet butuh mata pelajaran yang berhubungan dengan kariernya. Misalnya bahasa Inggris dan analisis. Itu alasan juga atlet butuh diasramakan agar dia bisa dicetak sebagai atlet berprestasi.

Sebagai atlet, pertaruhan masa depan sangat berisiko. Menurut bapak apakah minat anak Indonesia menjadi atlet menurun saat ini?

Perkembangan minat anak menjadi atlet itu justru semakin besar. Kalau dulu olahraga sekadar hobi, sekarang itu profesi. Sekarang sudah ada jaminan hari tua dan apresiasinya. Terlebih lagi kompetisi sudah dikelola lebih profesional.

Untuk anak-anak 12 tahun yang sedang kami rekrut itu peminatnya banyak. Tapi hanya ada sedikit yang lolos karena seleksinya berat. Kami menemukan 45 ribu talenta sebagai atlet tapi yang lolos hanya 200-an. Tinggi badan, panjang kaki, panjang tangan, lompatan, itu menjadi parameter juga.

Terlebih lagi sekolah atlet itu gratis dan mendapat uang saku. Itu kenapa banyak yang ingin mendaftar. Tapi memang standar dari tim pakar itu tinggi dan sama di seluruh Indonesia.

Dan tidak boleh ada atlet titipan karena bapaknya pelatih, kepala sekolah atau apapun itu. Tidak boleh ada itu.

Salah satu masalah di setiap Menpora adalah masalah alokasi dana, bagaimana pendapat bapak?

Sampai sekarang [masih terjadi]. Tentu kita harus bergotong royong, kami harus banyak menggeser anggaran agar sesuai dengan kebutuhan di setiap pos. Sepanjang tidak menyalahi aturan itu kami lakukan sehingga tidak jadi temuan di BPK.

Saya sadar mendanai olahraga ini untuk investasi bukan hanya biaya saja. Investasi SDM, prestasi, dan lain-lain. Alhamdulillah jalan. Jadi perlu ada efisiensi.



(ikh/ptr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER