Jakarta, CNN Indonesia --
Emosi Shin Tae Yong membuncah pada sela-sela pemusatan latihan (TC) Timnas Indonesia U-20 di Turki. Tanggung jawab menangani tim senior dan kelompok usia membuatnya jungkir balik menggembleng para pemain.
Pelatih asal Korea Selatan itu nampak marah kepada pemain Timnas U-20 dalam sesi latihan. Penyebabnya lantaran Marselino Ferdinan dan kawan-kawan tidak bergerak sesuai arahannya.
Shin Tae Yong 'menyemprot' para pemain yang enggan berusaha merebut bola ketika lawan mengendalikan permainan. Tak ayal mentalitas pemain yang dianggap pasif berbuah kata-kata pedas dari lisan Shin Tae Yong.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Malas-malasan semua," kata Shin Tae Yong sambil menunjuk-nunjuk pemain.
Mantan pelatih timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 itu seakan tak peduli dengan statistik impresif Timnas U-20 selama TC di Turki. Shin Tae Yong selalu menyoroti titik lemah Ronaldo Kwateh dan kawan-kawan.
Saat uji coba pertama melawan Cakallikli Spor misalnya, Shin Tae Yong membeberkan dua kelemahan Timnas U-20 yakni pressing dan ball possession. Ia melihat masih ada kekurangan pada diri pemainnya meski menang 2-1.
Kemudian saat menang 3-1 atas Moldova U-20, Shin Tae Yong tetap melontarkan kritik terhadap anak asuhnya. Tiga gol yang bersarang di gawang lawan ternyata masih kurang gereget di mata pelatih 52 tahun itu.
Bukan soal jumlah gol yang menjadi perhatian Shin Tae Yong, melainkan kemampuan pemain mengonversi peluang menjadi gol yang dianggap masih belum maksimal. Sebab saat menang lawan Moldova, Skuad Garuda Nusantara baru bisa mencetak seluruh gol di babak kedua.
Tak heran Shin Tae Yong terus meningkatkan intensitas latihan. Saat tidak ada jadwal uji coba, ia menempa fisik para pemain di pinggir pantai. Itu membuat beberapa pemain nampak kewalahan hingga berteriak di sela-sela latihan.
Baca lanjutan artikel ini di halaman berikutnya>>>
Sorotan Shin Tae Yong terhadap kelemahan Timnas U-20 tentu bukan untuk menjatuhkan para pemain, melainkan usaha pelatih memperbaiki pola pikir para pemain agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Lapuknya mental juang yang menghantui tubuh penggawa Merah-putih jelas butuh 'tamparan' keras dari pelatih. Segala komentar pedas Shin Tae Yong kepada pemain yang berhubungan dengan performa di lapangan, sepatutnya masuk ke telinga dan dipahami setiap pemain.
Sebab konsekuensi bagi pemain yang bebal tidak main-main. Ancaman dicoret dari daftar skuad utama Timnas U-20 akan menjadi bayang-bayang jelang rentetan agenda besar yang sudah menanti.
Serdy Ephy Fano dan Yudha Febrian pernah menjadi korban penyingkiran oleh Shin Tae Yong pada TC Timnas Indonesia U-19 di Spanyol pada Desember 2020 lalu. Kedua pemain itu dicoret dari daftar pemain TC Timnas U-19 karena terlambat latihan akibat dugem.
Shin Tae Yong juga pernah mencoret Ahmad Afhridrizal dan Nurhidayat Haji Haris akibat tindakan indisipliner. Terlambat datang latihan menjadi alasan Shin Tae Yong memulangkan kedua pemain itu.
Selain indisipliner, Shin Tae Yong juga tak segan-segan mencoret pemain yang dianggap tidak memenuhi ekspektasi. Itu terlihat dalam pemilihan skuad Timnas U-20 di Kualifikasi Piala Asia U-20 saat STY mengeliminasi tujuh pemain.
Shin Tae Yong tak ragu ketika menyingkirkan Edgard Amping yang menjadi bagian dari skuad Timnas U-19 di Piala AFF U-19 2022 lalu. Begitu juga dengan Razzaa Fachrezi yang mencetak satu gol di Piala AFF U-19.
Seleksi pemain akan menjadi keniscayaan setelah TC Timnas U-20 di Eropa pada akhir 2022 rampung digelar. Dari 35 pemain, bukan tak mungkin jumlah itu akan menyusut mengingat ada batas maksimal jumlah pemain di Piala Dunia U-20 2023.
Kata-kata pedas yang keluar dari lisan Shin Tae Yong semestinya menjadi kisi-kisi bagi para pemain agar lolos dari hukuman pencoretan. Predikat 'malas' yang disematkan Shin Tae Yong harus dibalas dengan bermain lebih aktif, begitu juga dengan masalah penguasaan bola dan finishing agar langsung diterjemahkan dengan perbaikan.
[Gambas:Video CNN]