Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Jerman akan memulai petualangan di Piala Dunia 2022 melawan Jepang, Rabu (23/11). Takdir menentukan Die Mannschaft kembali bersua wakil Asia.
Jerman bertemu Jepang, Kosta Rika, dan Spanyol di Grup E yang menjadi salah satu grup 'neraka' Piala Dunia 2022. Bukan tanpa alasan grup tersebut dianggap 'neraka' lantaran negara-negara mentereng yang mengisinya.
Jepang akan menjadi rintangan pertama Jerman. Mengingat keduanya merupakan raksasa di benua masing-masing, laga ini diperkirakan berjalan alot.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu faktor yang membuat Jerman vs Jepang menjadi laga besar adalah rekam jejak kedua kubu di pentas global. Masing-masing tim merupakan langganan peserta Piala Dunia dalam dua dekade terakhir.
Berbicara prestasi, Jerman jauh lebih baik dibandingkan Jepang. Ada dua final dan satu gelar juara yang diraih Jerman sejak 2002, sementara raihan terbaik Jepang adalah lolos babak penyisihan.
Namun jika melirik Piala Dunia 2018, performa Jerman tidak lebih baik dibandingkan Jepang. Sebab kampiun Piala Dunia 2014 itu gagal lolos grup meski berstatus juara bertahan. Sedangkan Jepang mampu menginjakkan kaki di babak 16 besar.
Terlebih lagi, langkah Jerman dihentikan Korea Selatan. Tangan dingin pelatih Korea Selatan Shin Tae Yong mengubur dalam-dalam impian Jerman dalam misi mempertahankan gelar.
[Gambas:Video CNN]
Momen Jerman kalah dari Korea Selatan di Piala Dunia 2018 jadi bahan gunjingan abadi di media sosial. Bukan tak mungkin, Jerman bakal kembali jadi bahan bakar candaan warganet jika lagi-lagi dikalahkan wakil Asia.
Oleh karena itu, Jerman harus memanfaatkan bentrok melawan Jepang sebagai ajang balas dendam. Sebagai pemegang empat gelar juara Piala Dunia, mereka wajib menunjukkan taji sebagai jawara dari Eropa.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Pelatih timnas Jerman, Hansi Flick mengambil langkah berani di Piala Dunia 2022 dengan rombak besar-besaran skuad yang dibawa ke Qatar. Ia banyak mengganti pemain-pemain veteran demi memberi ruang kepada dara muda.
Di lini belakang, tidak ada lagi nama Jerome Boateng dan Mats Hummels. Sebagai gantinya ada Nico Schlotterbeck dan Armel Bella-Kotchap yang masih terdengar asing di telinga.
Kemudian di sektor tengah, Toni Kroos dan Julian Draxler juga dicoret. Hansi Flick justru mengorbitkan Kai Havertz dan Jamal Musiala.
Lalu di lini depan, Timo Werner yang sejatinya masih berada di usia keemasan ternyata tidak menarik hati sang pelatih. Flick lebih suka mengajak remaja 18 tahun bernama Youssoufa Moukoko sebagai juru gedor.
Racikan skuad ala Hansi Flick cukup mengernyitkan dahi jika mengingat kehancuran Jerman di Piala Dunia 2018. Terdapat kesan Jerman tidak serius memperbaiki keadaan sekaligus mengincar bintang kelima untuk menancap di atas lambang DFB di dada.
Namun Flick seakan ingin menyampaikan pesan kepada dunia bahwa ia hendak membawa perubahan untuk sepak bola Jerman. Membawa wajah-wajah segar dapat diterjemahkan sebagai harapan baru bagi Tim Panser.
Harapan baru bisa tergugah jika Jerman mampu mengalahkan Jepang. Selain unggul saat berbicara materi pemain, Jerman juga dominan apabila melirik head-to-head.
Dari dua pertemuan terakhir di laga persahabatan, Jerman satu kali menang dan sekali imbang melawan Jepang. Ini menjadi penegas Jerman masih begitu besar di hadapan Samurai Blue di lapangan hijau.
Kendati demikian, pelatih timnas Jepang Hajime Moriyasu bisa mempelajari gaya permainan Jerman dari beberapa pemainnya yang berkarier di Bundesliga. Tercatat ada delapan penggawa Jepang yang berseragam klub Jerman.
Menghadapi Jepang pun menjadi momen yang tepat untuk mengembalikan kepercayaan publik usai hancur lebur di Piala Dunia 2018. Selain berusaha bangun dari mimpi buruk melawan tim Asia, menang atas Jepang adalah pintu gerbang asa Jerman di Piala Dunia.
[Gambas:Photo CNN]