Jakarta, CNN Indonesia --
Maroko rata-rata menguasai 32,3 persen penguasaan bola di Piala Dunia 2022, namun mereka berada di puncak sejarah jika mengalahkan Portugal.
Maroko dan Portugal akan bentrok dalam pertandingan perempat final di Stadion Al Thumama, Doha pada Sabtu (10/12) malam. Maroko tak diunggulkan, tapi punya potensi membuat kejutan.
Pendekatan Walid Regragui adalah kuncinya. Pelatih 47 tahun ini memang mengidolai Pep Guardiola, tetapi ia juga pengagum Diego Simeone dan Carlo Ancelotti, yang melakukan apapun untuk menang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat melawan Spanyol misalnya, Regragui meminta pemainnya membiarkan Spanyol menguasai permainan. Instruksinya, biarkan lawan kuasai permainan, tetapi hanya di lini tengah.
Dalam laga tersebut Maroko hanya melakukan 229 umpan, kurang dari seperempat jumlah umpan Spanyol yang mencapai 967. Pemain Spanyol dipaksa bermain di lingkaran tengah yang tenang.
Begitu pemain Spanyol mencoba menusuk lebih dalam, tekanan besar-besaran dilakukan. Pola ini berjalan baik. Pemain Maroko melakukan 573 tekanan, yang ini adalah tertinggi di Piala Dunia 2022.
Berdasarkan statistik yang diolah Opta, Maroko merupakan tim dengan umpan paling progresif di Piala Dunia 2022, selain Belanda. Mereka tak butuh banyak umpan untuk menyerang.
Pertanyaannya, apakah Regragui akan menerapkan strategi yang sama? Tentu tidak. Gaya main Spanyol dan Portugal sangat berbeda, dan dibutuhkan pendekatan lain yang juga harus jitu.
Fernando Santos, pelatih Portugal, pun tak buta wawasan. Keberhasilan Maroko memulangkan Spanyol dianggapnya bukan hal biasa saja. Ini istimewa untuk tim guram Afrika.
Berkaca dari laga Portugal kontra Swiss, Santos pun bakal menerapkan pendekatan berbeda. Permainan Selecao das Quinas yang melempem saat babak grup, berubah garang dan eksplosif.
Jumlah umpan bukan lagi tolok ukur. Bahkan jumlah umpan Portugal kalah dari Swiss, 512 berbanding 461. Namun switches of play Portugal berjalan dengan baik dan efektif.
Statistik Portugal ini kontradiktif dengan Spanyol. Karenanya pendekatan yang akan diterapkan dalam duel ini akan menentukan. Tentu pula peran satu dua pemain bisa jadi pembeda.
Baca analisis selanjutnya di halaman kedua >>>
Langkah pertama yang dilakukan Walid Regragui saat ditunjuk menjadi pelatih Maroko pada Agustus 2022 adalah memanggil Hakim Ziyech, pemain yang dibuang pada era Vahid Halilhodzic.
Meski absen membela Maroko selama 17 bulan, Regragui sama sekali tak ragu. Winger Chelsea 29 tahun ini dianggapnya pemain kunci yang akan membuat Maroko tangguh dan solid.
Benar saja, Ziyech jadi sosok berbeda di Maroko. Sejauh ini ia telah melakoni 376 menit main atau lebih tinggi dari yang dijalaninya bersama Chelsea pada musim ini, yakni 277 menit.
Ziyech juga jadi pemain paling berbahaya Maroko. Dalam empat laga, pemain yang lahir dan besar di Belanda ini telah melepas tujuh tembakan ke gawang dan menciptakan empat peluang gol.
Anggapan bahwa Ziyech adalah pemain arogan pun terpatahkan. Buktinya saat melawan Spanyol, Ziyech dominan bermain sebagai bek sayap, yang bertugas menghentikan aksi-aksi Jordi Alba.
Pemain Maroko lainnya yang akan menjadi tulang punggung saat melawan Portugal adalah Achraf Hakimi dan Sofyan Amrabat. Utamanya nama terakhir, akan berjuang sangat vital.
Tugasnya tak tanggung-tanggung, menghentikan kreativitas Bernardo Silva. Pemain Manchester City ini adalah sosok yang membuat kinerja mesin tempur Portugal berjalan maksimal.
Silva merupakan pemain yang paling sering mendapat umpan dari rekannya (279 kali), paling banyak menekan lawan (188 kali), dan pemain dengan jumlah lari terjauh (36,96 kilometer).
Karenanya, saat Santos merotasi Ronaldo atau Pepe, dua pemain senior Portugal, tidak dengan Silva. Mencadangkan Silva sama juga dengan mengubah gaya bermain Portugal.
Mampukah Amrabat meredam kreativitas Silva? Tak ada jaminan, tetapi berkaca keberhasilannya Maroko saat duel dengan Belgia, Kroasia, dan Spanyol, kans menang pemain Fiorentina ini cukup besar.
Namun, kehadiran pemain pembeda macam Ronaldo bisa mengalihkan, seperti gol Bruno Fernandes ke gawang Uruguay yang sejatinya lemah dan mudah ditangkap, tetapi jadi gol karena aksi Ronaldo.
Nihilisme Ronaldo ini yang tidak dimiliki Maroko. Yang dimiliki tim asal Afrika Utara ini adalah dukungan dari Arab dan Afrika. Dua kekuatan ini akan bentrok di Doha dan menentukan.
[Gambas:Video CNN]