ANALISIS

Alarm Tanda Bahaya Berbunyi untuk Badminton Indonesia di 2022

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Sabtu, 31 Des 2022 11:50 WIB
Bencana besar belum hadir nyata, namun PP PBSI patut sadar bahwa alarm tanda bahaya telah menyala di 2022.
Fajar/Rian jadi atlet Indonesia yang meraup banyak gelar di 2022. (Getty Images/Shi Tang)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bencana besar belum hadir nyata, namun Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) patut sadar bahwa alarm tanda bahaya telah menyala di 2022.

Sejak badminton dipertandingkan di Olimpiade, pesta olahraga terbesar di dunia itu selalu jadi target utama Tim Badminton Indonesia. Dari Olimpiade 1992 hingga Olimpiade 2020, hanya satu kali Tim Badminton Indonesia mengalami petaka, yaitu di 2012 ketika tradisi medali emas Olimpiade terputus.

Lantaran Olimpiade 2020 digelar di 2021, kehadiran Olimpiade 2024 pun terasa lebih cepat dibandingkan persiapan-persiapan Olimpiade sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun pertama usai Olimpiade yang biasa digunakan untuk coba-coba racikan baru untuk ganda dan menjaring pemain-pemain anyar yang mungkin bisa bersaing untuk nomor tunggal telah berlalu dengan cepat.

Tahun kedua yang biasa digunakan untuk pematangan kini tak ada. Di 2023, Race to Olympics sudah digelar. Karena itu tak heran saat ini belum banyak perubahan kekuatan di lima sektor yang ada di seluruh dunia.

Nama-nama kuat mayoritas masih mendominasi tiap nomor. Mungkin hanya 1-2 nama saja yang mulai mencolok meramaikan persaingan di 10 besar dunia dari lima nomor yang ada.

Untuk Indonesia, perjalanan di turnamen-turnamen besar pada 2022 bisa jadi cermin dan alarm tanda bahaya. Indonesia tanpa gelar di Kejuaraan Dunia, begitu juga di BWF World Tour Finals yang merupakan turnamen akhir tahun.

Indonesia hanya satu gelar di turnamen kategori Super 1000 dari 10 gelar yang disediakan, dan cuma punya dua gelar dari 20 gelar yang dihadirkan di empat turnamen kategori Super 750.

Indonesia's Muhammad Shohibul Fikri, right, and Bagas Maulana celebrate with their trophies after defeating their compatriots Mohammad Ahsan and Hendra Setiawan during their men's doubles final match at the All England Open Badminton Championships in Birmingham, England, Sunday, March 20, 2022. (AP Photo/Rui Vieira)Bagas/Fikri jadi satu-satunya wakil Indonesia yang memenangkan turnamen kategori Super 1000 yaitu saat mereka berjaya di All England. (AP/Rui Vieira)

Kesedihan itu makin dilengkapi dengan kembali terbangnya Piala Thomas dari pelukan Indonesia di tahun ini.

Bila ada kegembiraan besar yang bisa dirayakan tahun 2022 adalah sukses Tim Putri memenangkan Kejuaraan Asia Beregu. Gelar itu membuktikan bahwa tim putri Indonesia juga bisa unjuk gigi.

Selain itu catatan lebih lumayan ada di turnamen kategori Super 500 dan Super 300. Indonesia merebut enam gelar di Super 500 dan empat gelar di Super 300.

Membaca wakil Indonesia di Olimpiade 2024

Persaingan badminton di dunia memang terbilang makin merata, namun pemain-pemain Indonesia tentu harus menerima bahwa DNA Indonesia di badminton adalah DNA juara. Tak peduli betapa sulitnya persaingan yang ada, beban juara akan selalu mengiringi tiap pundak pemain-pemain Indonesia.

Dengan Race to Olympics sudah digelar di 2023, hanya nomor ganda putra Indonesia yang terlihat persaingannya paling membara. Setelah tiga nama yaitu Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto masih bertahan dalam persaingan, kini muncul nama-nama baru seperti Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, dan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Rambitan.

Saat ini Fajar/Rian jadi ganda putra terbaik yang dimiliki oleh Indonesia. Mereka jadi ganda dengan prestasi yang paling cemerlang di tahun 2022.

Terpuruk di awal tahun, Fajar/Rian bisa memberikan jawaban dan merebut empat gelar di tangan. Walaupun sedang memimpin di garis depan, Fajar/Rian tak boleh lengah bila tak ingin kegagalan lolos seperti di Olimpiade 2020 kembali terulang.

Fajar/Rian dan lima ganda putra Indonesia lainnya akan bersaing ketat memperebutkan dua tiket menuju Paris 2024.

Ahsan/Hendra masih berbahaya, bertenaga, dan tak bisa dipandang sebelah mata di 2022. Fikri/Bagas dan Leo/Daniel mulai merangsek masuk persaingan 10 besar.

Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan finis sebagai runner up di sektor ganda putra BWF World Tour Finals 2022.Ahsan/Hendra masih layak diperhitungkan dalam persaingan papan atas dunia.  (Dok. PBSI)

Kevin/Marcus dan Pramudya/Yeremia juga tak bisa dikesampingkan dalam perburuan tiket Olimpiade 2020 karena di 2022 mereka terlmpar dari 20 besar lantaran sempat dirundung cedera.

Di atas kertas, nomor ganda putra bakal kembali jadi andalan utama untuk meraih medali emas Olimpiade 2024.

Namun berkaca pada catatan-catatan sebelumnya, nomor ganda putra Indonesia yang terbilang dominan dalam BWF World Tour justru sering kecolongan di ajang-ajang besar seperti Kejuaraan Dunia dan Olimpiade.

Terhitung dari Olimpiade 2016 hingga Kejuaraan Dunia 2022, medali emas ajang besar yang bisa diamankan adalah Asian Games 2018 dan Kejuaraan Dunia 2019.

Karena itu empat nomor lainnya wajib didorong agar bisa berdiri sejajar sebagai pemikul harapan medali emas Olimpiade.

Nomor tunggal putra adalah nomor yang paling dekat untuk didorong menjadi pembagi beban pasukan ganda putra. Jonatan Christie dan Anthony Ginting saat ini masuk lima besar pebulutangkis dunia.

Dari segi usia, Jonatan dan Ginting pun makin mencapai usia matang menuju Olimpiade 2024. Melihat persaingan yang ada, sulit bagi tunggal putra Indonesia lain untuk mengejar Jonatan dan Ginting dengan Race to Olympics meskipun bukan berarti peluang untuk hal itu benar-benar tertutup.

Chico Aura Dwi Wardoyo dan Shesar Hiren Rhustavito adalah pemain yang punya peluang mengejar Jonatan dan Ginting sedangkan tunggal-tunggal muda Indonesia lainnya hampir mustahil mengejar mengingat mereka pun masih kesulitan untuk sekadar lolos kualifikasi untuk tampil di turnamen level atas karena peringkat masih jauh di bawah.

Jonatan dan Ginting telah membuktikan diri konsisten di papan atas namun mereka butuh usaha lebih keras untuk meruntuhkan tembok kokoh bernama Viktor Axelsen. Jangan biarkan guyonan mengesalkan bahwa 'tiap turnamen yang diikuti Axelsen sebenarnya hanya tinggal mencari runner up' terus menjadi kenyataan.

Denmarks Viktor Axelsen throws his racquet after victory against Japan's Kento Momota during the men's singles final at the Malaysia Open badminton tournament in Kuala Lumpur on July 3, 2022. (Photo by Mohd RASFAN / AFP)Viktor Axelsen begitu dominan di persaingan tunggal putra pada 2022. (AFP/MOHD RASFAN)

Nomor berikutnya yang punya peluang bagus berbagi beban adalah ganda putri. Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva adalah bentuk 'kemenangan yang patut dirayakan' di tahun 2022 yang secara umum jadi tahun penuh batu sandungan.

Apri/Fadia yang baru dipasangkan di 2022 bisa langsung melejit. Per 27 Desember, Apri/Fadia sudah ada di peringkat ke-11 dunia dengan catatan dua gelar BWF Tour plus medali emas SEA Games.

Dari segi permainan, Apri/Fadia juga sudah terbukti bisa mengimbangi ganda lima besar dunia. Yang dibutuhkan Apri/Fadia adalah kekuatan menanggung harapan setelah di tahun 2022 mereka bermain dengan kondisi lebih banyak tanpa beban.

Nomor ganda putri masih menyimpan harap untuk mengirim dua wakil karena Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahay Pratiwi sudah masuk 25 besar.

Nomor lain yang persaingan internalnya ketat selain ganda putra justru adalah nomor ganda campuran. Namun sedikit perbedaan, Indonesia belum menempatkan banyak pemain di posisi lima besar seperti yang pernah dilakukan oleh ganda putra.

Di pengujung tahun, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati mulai menggebrak dan mencuri perhatian.

Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja yang ada di luar Pelatnas Cipayung juga sukses menapaki jalan ke kelompok elite. Mereka berjuang mulai dari turnamen-turnamen level bawah hingga kini sudah berada di posisi 20 besar.

Dengan demikian, Dejan/Gloria akan bisa langsung berpartisipasi di turnamen level atas ketika persiapan menuju Race to Olympics dimulai.

Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti juga bakal kembali beraksi di 2023. Mereka masih bisa memaksimalkan pembekuan ranking akibat cedera. Dengan demikian, Praveen/Melati masih bisa beraksi di turnamen level atas saat kembali berlaga di lapangan.

Di nomor tunggal putri, peningkatan performa Gregoria Mariska di paruh akhir 2022 juga jadi hal yang cukup menyenangkan. Gregoria diharapkan bisa terus menancapkan keyakinan bahwa ia bisa jadi sosok yang diwaspadai oleh lawan-lawannya.

Jika Gregoria bisa mempertahankan keyakinan, di dalam hati maupun pikiran, ditambah peningkatan dari segi fisik, Gregoria punya potensi untuk terus merangsek masuk ke 10 besar. Bahkan bukan mustahil ia berpeluang duduk di delapan besar yang berarti ia bakal masuk daftar unggulan di turnamen-turnamen berikutnya yang diikuti.

Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>

Sementara yang Ternyata Sepanjang 2022

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER